"Kerusuhan di Buton Sultra secara umum kondisi saat ini sudah dikendalikan aparat kepolisian dan TNI," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Dedi Prasetyo, di Mabes Polri, Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan bahwa Polri sudah menempatkan tiga satuan setingkat kompi (SSK) Brimob untuk melakukan pengamanan di perbatasan kedua desa tersebut.
Upaya untuk meredam suasana, Kapolda Sulawesi Tenggara telah berkoordinasi dengan Danrem, Bupati Buton, tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat untuk mengajak warga agar menahan diri. "Semua warga diminta menahan diri," katanya.
Sedangkan sebanyak 871 warga saat ini sedang mengungsi karena rumahnya rusak atau mengalami ketakutan.
Polri juga tengah menyelidiki pihak yang menjadi provokator dalam bentrokan antara kedua desa ini. "Saat ini sudah didata siapa provokator dan pelaku penganiayaan, perusakan, pembakaran, dan lain-lain," katanya lagi.
Meskipun demikian, prioritas semua pihak saat ini lebih ditekankan untuk mendamaikan kedua belah pihak dahulu sebelum penegakan hukum. "Masih fokus mendamaikan dulu," katanya pula.
Bentrokan yang terjadi antara warga Desa Gunung Jaya dan Desa Sampuabalo di Kabupaten Buton ini bermula dari konvoi pemuda Desa Gunung Jaya menggunakan sepeda motor melintasi Desa Sampuabalo pada Selasa (4/6).
Warga Desa Sampuabalo yang resah atas perilaku para pemuda tersebut bertambah marah, setelah pada Rabu (5/6) seorang pemuda Desa Sampuabalo dipanah oleh pemuda Gunung Jaya.
Akibat kejadian tersebut, terjadi penyerangan oleh warga Desa Sampuabalo ke Desa Gunung Jaya yang menyebabkan puluhan rumah terbakar.
Pada keesokan harinya, Kamis (6/6), warga Desa Gunung Jaya melakukan serangan balasan ke Desa Sampuabalo yang menyebabkan jatuh korban luka dan meninggal dunia.
Bentrokan antarwarga kedua desa ini baru pertama kali terjadi, karena sebelumnya belum pernah terjadi konflik antarwarga kedua desa.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019