Manila (ANTARA News) - Bank Pembangunan Asia (ADB) mengakui dalam laporan "inhouse" yang disiarkan Jumat bahwa sejumlah pinjamannya yang diberikan lebih dari tujuh tahun lalu gagal mencapai hasil, seperti yang mereka inginkan. Laporan itu memberi penilaian hasil dana yang disokong oleh anggota bank yang berkantor pusat di Manila itu atas operasi Dana Pembangunan Asia (ADF)-nya. ADF menyediakan pinjaman konsesi kepada negara-negara anggota yang miskin secara minimum atau tanpa bunga. Laporan itu mengatakan administrasi pinjaman konsesi dengan nilai sekitar 5,4 miliar dolar AS yang disetujui antara 2001 dan 2004 "kurang dari efisien" dan menambahkan bahwa ada "penurunan dalam efektivitas dalam periode itu." Kajian itu disiarkan di tengah laporan bahwa negara-negara donor utama ADB menuntut agar bank melakukan pemeriksaaan secara seksama operasinya di tengah meningkatnya kekecewaan atas langkah lambat bank dalam melakukan perubahan. Keperihatinan tentang ADB telah menyarankan Inggris untuk menarik komitmen untuk menyediakan lebih banyak dana, dengan mengutip "kekurangan kemajuan yang signifikan dalam agenda perubahan", surat kabar Financial Times melaporkan pada Kamis. Laporan "inhouse" itu mengatakan terkadang tuntutan yang bertentangan oleh donor serta pemerintah penerima berarti kurangnya uang untuk proyek yang berarti untuk meningkatkan "Millennium Development Goals" (MDG) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam mengurangi kemiskinan global, "seperti kesehatan dan pertanian, serta pembiayaan mikro". Dikatakannya "efisiensi mengalami peningkatan" sejak 2005, dan penyesuaian yang dilakukan yang akan menjamin sekitar tujuh miliar dolar AS pinjaman lunak yang diberkan pada 2005-2008 "mungkin berkelanjutan dalam hal pengurangan kemiskinan yang efektif" Laporan tersebut mendesak bank untuk "menghindari kemacetan tujuan dalam beroperasi dan dalam ADB sebagai keseluruhan" karena pengawasan dan sumber daya yang disebar terlalu tipis. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008