Jambi (ANTARA News) - Pelurusan masalah Supersemar diyakini akan mengurangi hujatan pada mantan Presiden RI Soeharto selain kasus dugaan korupsi yang dituduhkan padanya, kata Pakar Sejarah dari Universitas Jambi, Fachrudin Saudagar di Jambi, Jumat. Dalam kondisinya yang terbaring tidak berdaya saat ini keluarga pewaris sejarah yang mengetahui tentang keaslian dan isi naskah Supersemar itu harus membantu meluruskan tentang pengalihan kekuasan dari Presiden Soekarno kepada Soeharto saat itu. Selain keluarga Soeharto, keluarga almarhum M Yusuf, Amir Mahmud dan Basuki Rahmat mungkin mengetahui atau mendapat wasiat tentang surat tersebut, dan mereka harus ikut menjernihkan atau meluruskannya pada masyarakat Indonesia. Dalam pengalihan kekuasaan yang dituangkan dalam Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) tersebut, sampai saat ini keaslianya tidak pernah diketehui oleh masyarakat atau bangsa Indonesia. Pakar sejarah yang juga pernah mengupas sejarah pusat kerajaan Sriwijaya itu menyebutkan, Soeharto kini satu-satunya saksi kunci tonggak sejarah yang masih hidup, namun kondisi kesehatannya sudah tidak memungkinkan untuk meluruskan sejarah Supersemar tersebut. Untuk meluruskan tonggak sejarah bangsa Indonesia itu keluarga pewaris sejarah tersebut harus jujur menerangkannya, karena itu diyakini akan mampu meringankan beban Pak Harto dari hujatan yang kini masih dilakukan masyarakat. Pelurusan tonggak sejarah itu juga sebagai landasan dasar bagi pemimpin bangsa Indonesia untuk menetapkan kebijakan pemerintahan ke arah yang lebih baik di masa mendatang, serta momen penting yang sangat dinanti para ahli sejarah, negarawan dan lainnya. "Bila permasalahan Supersemar tidak diluruskan, seterusnya keluarga HM Soeharto akan dikejar dan dicerca masyarakat, namun bila dijernihkan bangsa Indonesia mungkin bisa memaafkan kesalahan mantan penguasa Orde Baru itu," kata Fachrudin Saudagar.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008