Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Jumat pagi, merosot hampir mencapai level Rp9.500 per dolar AS, akibat gejolak pasar domestik yang semakin besar menimbulkan kekhawatiran Indonesia suatu saat akan mengalami krisis pangan.
Nilai tukar rupiah merosot menjadi Rp9.471/9.480 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.445/9.455 per dolar AS atau melemah 36 poin.
Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova, di Jakartra, Jumat, mengatakan gejolak pasar domestik menimbulkan kekhawatiran semakin kuat sehingga menekan rupiah terpuruk yang berlangsung sejak pekan ini.
Gejolak domestik yang negatif itu didukung pula oleh gejolak global, akibat krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa yang berlanjut ke Jepang, katanya.
Menurut dia, kondisi ekonomi dunia sekarang ini lebih merupakan cerminan dari kondisi Amerika dan Eropa karena mereka mengalami kelesuan atau bahkan krisis pembiayaan.
Namun, kondisi itu tidak berarti langsung berpengaruh ke Indonesia, karena selama ini perkembangan berbagai indikator menunjukkan kondisi yang baik, kataya.
Meski demikian, rupiah masih berpeluang mendapat sentimen positif dari pernyataan Ketua bank sentral AS (The Fed) dengan makin melambatnya ekonomi AS, maka The Fed kemungkinan besar akan kembali menurunkan suku bunganya.
Pernyataan Ketua The Fed Ben Bernanke itu merupakan suatu sinyal bahwa bank sentral akan menurunkan kembali suku bunganya, katanya.
Kondisi ini mengakibatkan dolar AS makin terpuruk hingga di level 106,55 yen yang diperkirakan akan terus melemah hingga di bawah angka 100.
Kenaikan yen yang terus berlanjut itu kemungkinan tidak disukai Jepang, karena akan mengakibatkan produknya di pasar ekspor kurang kompetitif, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008