Tanjungpinang (ANTARA) - Minuman kaleng menjadi tradisi yang menghiasi rumah warga pada setiap perayaan Idul Fitri 1440 Hijriah di Provinsi Kepulauan Riau.

Wakil Gubernur Kepulauan Riau Isdianto, di Tanjungpinang, Kamis, mengatakan minuman kaleng merupakan tradisi turun-temurun yang sampai hari ini disajikan saat Idul Fitri maupun hari besar agama lainnya.

Tradisi ini, menurut dia tidak terjadi di wilayah lain. Bahkan warga asal Kepri yang tinggal di wilayah lain setiap tahun merasa senang bila mendapat kiriman minuman kaleng dari saudara maupun teman-teman menjelang Idul Fitri 1440.

"Minuman kaleng atau air kaleng menjadi hal istimewa bagi masyarakat Kepri. Tradisi ini tidak mengenal kasta, derajat, atau status sosial," ujarnya.

Baca juga: Penjualan madumongso khas Kota Madiun meningkat menjelang Lebaran

Setiap tahun, menjelang Idul Fitri, warga di Kepri memburu minuman kaleng. Karena itu, seluruh swalayan menjual minuman kaleng.

"Pertumbuhan ekonomi masyarakat meningkat karena permintaan terhadap barang kebutuhan masyarakat, termasuk minuman kaleng meningkat," katanya.

Hal senada dikatakan anggota DPRD Kepri, Iskandarsyah. Di kediamannya juga disajikan minuman kaleng untuk para tamu yang berlebaran.

Minuman kaleng dalam berbagai rasa disajikan untuk dinikmati dengan kue-kue. "Kalau tidak ada minuman kaleng, rasanya kurang lengkap," katanya.

Minuman kaleng juga dapat menjadi alat komunikasi, yang mampu mencairkan suasana dan meningkatkan tali silaturahim. Setiap tahun, Iskandar membagi-bagikan minuman kaleng kepada saudara dan teman-temannya.

"Minuman kaleng sebagai pengingat kita kepada orang yang kita sayangi, hormati dan hargai," ucapnya.

Salah seorang karyawan swalayan di Tanjungpinang, Eri, mengatakan, penjualan minuman kaleng dalam sehari mencapai 100-150 kotak.

"Harganya bervariasi mulai dari Rp90.000-an hingga Rp100.000, tergantung mereknya," katanya.

Baca juga: Rendang jadi menu keluarga tradisi Lebaran di Pekanbaru

Baca juga: Untuk disajikan Lebaran, lumpia Jambi jadi buruan masyarakat

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019