Jakarta (ANTARA News) - Bank Negara Malaysia, bank sentral Malaysia, mendorong perbankan syariah mereka agar melakukan ekspansi ke Indonesia. "Hal ini karena Indonesia memiliki pasar yang besar," kata Deputi Gubernur Bank Negara Malaysia, Dato` Mohd Razif Abd Kadir, seusai acara diskusi dengan wartawan di Jakarta, Kamis. Saat ini bank dari Malaysia yang telah masuk ke Indonesia di antaranya CIMB, ICB Financial Group Holding dan Khazanah, sementara bank di Indonesia yang dimiliki pemagang saham Malaysia, di antaranya Bank Niaga, Lippo, dan Bumiputera. Ia mengatakan masih ada beberapa bank lagi yang akan masuk ke Indonesia. "Tak bisa sebutin namalah saat ini," katanya. Ia menambahkan pihaknya tidak akan menyia-nyiakan peluang untuk masuk ke Indonesia. "Bila ada peluang, mengapa tidak," katanya. Sementara itu, ia mengatakan Malaysia memberikan insentif bebas pajak agar dapat berkompetisi dengan Timur Tengah. "Supaya kita bisa berkompetisi dengan Timur Tengah, misalnya, Bank Muamalat akan mendirikan cabang di Malaysia, kita meberikan bebas pajak kepadanya," katanya. Ia menambahkan selain regulasi yang lebih tranparan dan mudah, pihaknya juga terus mengembangkan sumber daya manusianya untuk mempersiapkan diri menjadi pusat ekonomi syariah. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Siti Chalimah Fadjrijah mengemukakan pihaknya membuka diri untuk bank-bank asing masuk ke sektor perbankan syariah. "Kita terbuka untuk itu, silakan," katanya. Ia mengatakan selama ini ada beberapa hal yang menjadi hambatan bagi perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. Yaitu masalah pajak berganda pada transaksi murabahah. "Ini yang paling sering dikeluhkan oleh para investor," katanya. Saat ini pemerintah Indonesia tengah menggodok Undang-Undang tentang Pajak untuk transaksi syariah. "Presiden juga telah mengemukakan agar masalah pajak berganda segera diselesaikan, dan ekonomi syariah telah dicanangkan menjadi agenda nasional," katanya. Hal lain adalah, masih belum terbitnya sukuk negara. "Adanya sukuk negara akan mempercepat perkembangan bisnis syariah karena adanya instrumen syariah yang bisa menyerap dana-dana yang ada," katanya. Ia menambahkan, meskipun telah ada sukuk korporasi, nilainya kecil. "Kalau pasar dalam negeri untuk sukuk kecil, sukuk korporasi yang dikeluarkan terlalu kecil. Kalau sukuk negara, nilainya bisa besar dan menjadi acuan bagi sukuk koporasi," katanya. Selain itu, menurut dia, masalah perkembangan perbankan syariah yang belum terakselerasi karena terkendala oleh modal. "Masalah modal menjadi masalah utama dalam perkembangan bisnis perbankan syariah," katanya. Sumber daya manusia, katanya, menjadi masalah bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Tak Khawatir Sementara itu, Malaysia tidak khawatir akan terjadi pemindahan aliran dana ke Indonesia bila pada 2008 ini Indonesia menerbitkan sukuk (obligasi syariah) negara. "Kenapa khawatir, bila keuntungannya ke Malaysia," katanya. Saat ini Malaysia terus berakspansi mempromosikan penerbitan sukuk di negaranya. "KIta ingin agar para investor menerbitkan sukuk di Malaysia, kita memberikan insentif pajak untuk itu," katanya. Saat ini Malaysia menguasai 60 persen kapitalisasi sukuk global. Sedangkan untuk sukuk negara saat ini pangsa pasar Malaysia 17 persen. (*)
Copyright © ANTARA 2008