Palembang (ANTARA) - Guru besar sosilogi Universitas Sriwijaya, Prof Alfitri, mengatakan hari raya Idul Fitri 1440 Hijriah/2019 Masehi harus bisa dijadikan momen menstabilkan gejolak sosial usai Pemilu 2019 agar Indonesia bersatu kembali.

“Rentetan Pemilu 2019 memang menimbulkan ketidakstabilan bangsa dan ada gejolak sosial di dalamnya, karena euforia kedua calon presiden agak berlebihan, arahnya bahkan menghakimi masing-masing calon,” ujar Alfitri, di Palembang, Rabu.

Momen Idul Fitri yang berdekatan dengan pemilu pada dasarnya memiliki hakikat mendinginkan suasana dalam waktu cepat, setelah Idul Fitri masyarakat diharapkan dapat lebih tenang dan menerima hasilnya.

Meski banyak tuduhan kecurangan, indikasi kejanggalan hingga tindak kerusuhan, semua elemen hendaknya melihat hal itu sebagai bagian dari kehidupan berdemokrasi, bukan upaya membelah bangsa.

Ia mengamati gejolak sosial yang terjadi selama Pemilu memang bisa dianggap tidak menstabilkan negara dalam beberapa waktu, namun tidak sampai memecah-belah bangsa secara keseluruhan.

“Potensi perpecahan sebenarnya skenario pihak-pihak tertentu saja, Indonesia hakikatnya dibangun dengan kata persatuan, idul fitri inilah waktu yang tepat memperkuat persatuan itu,” ujarnya.

Indonesia perlu meniru Jepang ketika bom atom meluluh lantakkan Hiroshima-Nagasaki, Kaisar Hirohito langsung mencari guru yang ‘tersisa’ untuk membangun kembali peradabannya.

“Artinya Indonesia perlu mencari satu komponen tertentu yang bisa digunakan untuk bersatu kembali, komponen itu menurut saya adalah keadilan. Dalam hal ini intinya ada di Mahkamah Konstitusi,” katanya.

Ia meminta masyarakat yakin Mahkamah Konstitusi bisa berlaku adil sebagai pemutus perkara dalam Pemilu 2019 dan hasil putusan dapat diterima semua pihak, sehngga berimplikasi positif terhadap perubahan suhu politik menuju lebih baik.

“Hentikanlah peperangan politik, para elit harus ada rekonsiliasi karena sangat penting dampaknya, jika tidak begitu maka rakyat juga yang susah,” kata dia.

Dari pada berperang urusan politik, menurut dia, ada empat hal yang lebih penting diperangi bangsa Indonesia yakni kemiskinan, narkoba, KKN dan kebobrokan moral, bukan politik ataupun agama tertentu.

Dengan memerangi empat hal tersebut, kehadiran negara akan lebih dirasakan masyarakat, karena saat ini ia melihat negara belum bisa hadir untuk semua masyarakat, indikaasinya masih banyak jalan rusak, wilayah belum tersentuh inrastruktur dan kenaikan harga-harga berbagai sektor komoditas, termasuk tiket pesawat.

Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019