Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Presidium Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Palar Batubara, di Jakarta, Rabu malam, menegaskan bercermin dari pengalaman yang dialami tiga presiden terakhir Indonesia, sebaiknya Presiden hasil Pilpres 2009 mendatang tidak memakai menteri yang tak sevisi atau berbeda aliran (politik). "Sudah terbukti, atas dasar pengalaman selama ini, di mana presiden mengambil pembantu-pembantunya dari luar partai atau tokoh-tokoh yang tidak sealiran dan sevisi, ternyata sangat merugikan banyak pihak," katanya kepada ANTARA. Palar Batubara dkk dalam suatu kajian kritis menyimpulkan rekrutmen keliru tersebut, telah membawa ekses kurang bagus, bukan hanya terhadap citra presiden dan kinerjanya bersama jajaran kabinet yang dipimpinnya, juga berdampak buruk bagi kepemimpinan nasional serta merugikan perjalanan bangsa. "Jadi, agar lebih berkonsentrasi pada tugas kepemimpinan nasional, maka sebaiknya Presiden dan Wakil Presiden berasal dari satu kekuatan politik, berikut para pembantunya," ujarnya. Kesamaan visi dan aliran, menurut Palar Batubara, akan lebih memudahkan suatu `team work` kepemimpinan nasional mengarahkan roda pembangunan bangsa secara kontinu serta fokus. "Artinya, Presiden tidak lagi dibebani dengan urusan-urusan mengakomodasi aliran ini dan itu, atau mengurus seorang pembantu yang tak sevisi yang lagi `ngambek` dan seterusnya," katanya. Palar Batubara dkk dari Persatuan Alumni (GMNI) akhirnya melihat pentingnya seluruh parpol bersikap berani mengusung duet calon Presiden dan Wakil Presiden, guna menghindari 'kabinet pelangi' yang terbukti hanya menghasilkan kinerja tidak maksimal. (*)
Copyright © ANTARA 2008