Bogor (ANTARA News) - Meski pemerintah gagal mencapai target tambahan produksi beras pada 2007, harapan untuk swasembada beras pada 2008 diyakini akan tercapai jika semakin banyak petani Indonesia beralih ke metode tanam "System of Rice Intensification" (SRI). Metode yang telah dikembangkan di kawasan Indonesia timur sejak beberapa tahun lalu itu terbukti mampu meningkatkan produksi beras hingga rata-rata 78 persen. Pakar budidaya padi SRI dari Jepang, Shuichi Sato mengatakan di Bogor, Rabu, bila cuma 10 persen saja dari persawahan teririgasi di Indonesia menggunakan metode tanam ini, maka target peningkatan produksi sebesar dua juta ton tersebut dapat terlaksana dengan mudah. SRI adalah sistem budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. "Teknik SRI tidak memerlukan bibit padi khusus. Petani dapat menggunakan bibit hasil penangkaran sendiri sehingga tidak bergantung pada benih impor," katanya. Sato yang juga Ketua Tim Proyek Pengembangan Sistem Desentralisasi Irigasi Indonesia Bagian Timur (DISIMP) itu mengatakan, metode SRI mampu menghemat penggunaan air hingga 40 persen, dan beras yang dihasilkan praktis tidak ada kadar gulanya. SRI juga mampu menghemat biaya produksi petani karena hanya memerlukan bibit 5 kg per hektar, dibandingkan cara konvensional yang membutuhkan 25 kg per hektar. Ujicoba pola SRI di Indonesia dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, pada musim kemarau 1999 dengan hasil 6,2 ton per hektar dan pada musim hujan dengan hasil rata-rata 8,2 ton per hektar. Menurut dia, metode ini cocok untuk dikembangkan di wilayah dengan curah hujan rendah seperti Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. "Metode SRI juga terbukti ramah lingkungan karena mampu membantu meredam pemanasan bumi dengan memperkecil sebaran gas metan dari lahan persawahan sehingga mengurangi penebalan lapisan gas rumah kaca, katanya," katanya. Saat ini budidaya padi dengan sistem SRI baru dikembangkan di Jawa Barat, Bali, Sulawesi, NTB dan NTT. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008