Singapura (ANTARA News) - Harga minyak di perdaganga Asia, Rabu, stabil, menyusul desakan Presiden Amerika Serikat (AS) George W, Bush agar kalangan produsen mengambil aksi atas harga minyak yang sudah "sangat tinggi", kata para pelaku pasar. Dalam perdagangan tengah hari, kontrak minyak berjangka utama di bursa New York, light sweet, untuk pengiriman Februari, turun empat sen menjadi 91,86 dolar per barel. Kontrak minyak ditutup turun 2,30 dolar menjadi 91,90 dolar pada penutupan perdagangan di New York Mercantile Exchange, Selasa kemarin. Minyak Brent Laut Utara untuk pengiriman Februari turun tipis menjadi 90,97 dolar per barel, setelah anjlok 1,94 dolar pada perdagangan Selasa di London. Harga minyak mentah sempat melonjak hingga 100 dolar per barel pada awal tahun ini, diakibatkan tekanan atas kondisi ekonomi di Amerika Serikat (AS), konsumen minyak terbesar di dunia. "Komentar Bush akan memberikan harapa bagi pasar bahwa akan ada peningkatan pasokan minyak mentah ke pasar," kata Jason Feer, GM Argus Media Ltd, perusahaan analis pasar energi di Singapura. Dengan kekhawatiran peningkatan resesi di AS, Bush mengatakan, dirinya akan berbicara dengan Raja Abdullah dari Saudi Arabia mengenai fakta bahwa harga minyak sudah sangat tinggi, di mana akan menjadi berat bagi ekonomi AS. Feer mengatakan, kecemasan akan adanya resesi di AS mempunyai dampak bagi fundamental pasar minyak dalam jangka panjang dan secara keseluruhan menurunkan permintaan minyak mentah dunia. Bush mendesak, para produsen minyak untuk mengambil langkah aksi dan membahas topik sensitif tersebut dalam pertemuan hari kedua dengan Saudi Arabia, produsen terbesar dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). "Dan bahwa Saya akan berharap, sebagaimana perhatian OPEC atas perbedaan tingkat produksi, bahwa mereka memahami jika...salah satu konsumen terbesar mereka mengalami kesulitan ekonomi, itu artinya akan mengurangi pesanan dan mengurangi penjualan minyak dan gas mereka," kata Bush, seperti dilansir AFP. Ketika pasar akan dipengaruhi oleh komentar Bush, Feer mengatakan, "hal itu tidak akan membuat banyak perbedaan bagi pasokan minyak mentah...Dalam kenyataannya, akan ada cukup minyak di pasar saat ini". OPEC dijadwalkan melakukan pertemuan di Wina, 1 Februari mendatang setelah mengacuhkan permintaan kenaikan produksi, dalam pertemuan terakhir Desember 2007. Merespon Bush, Menteri Perminyakan Saudi Arabia Ali al-Nuaimi mengatakan: "Kami akan meningkatkan produksi saat pasar membenarkannya." (*)

Copyright © ANTARA 2008