Hal itu diketahui dari hasil pemeriksaan dokter yang menangani RA yang mengalami luka akibat ledakan bom yang dibawanya.
"Yang bersangkutan kondisi kesehatannya cukup stabil dan bisa berkomunikasi," kata Brigjen Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Selasa.
Namun demikian penyidik Densus 88 Antiteror belum meminta keterangan dari RA dan masih menunggu kondisi kesehatan RA pulih.
"Masih dirawat. Bila betul-betul pulih, akan didalami tentang motifnya, bagaimana yang bersangkutan terpapar ideologi radikal," katanya.
Dedi mengatakan, dari pemeriksaan sementara, RA diketahui masih amatir dalam melakukan aksi teror. Selain itu RA diketahui terpapar paham radikal ISIS. Namun belum ada dugaan bahwa RA terlibat kelompok teroris tertentu.
"Analisisnya pelaku amatir, rekam jejaknya di kelompok masih belum terlihat. Rekam jejak aksi yang bersangkutan belum terbaca," katanya.
Dalam melakukan aksinya, RA menggunakan bom lontong dengan daya ledak rendah. Bom ini kemudian melukai sebagian badan RA yakni perut dan tangan.
RA adalah pemuda berusia 22 tahun, dengan pekerjaan swasta, belum menikah, pendidikan terakhir SMA dan beralamat di Wirogunan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Sebelumnya terjadi peristiwa bom bunuh diri di Pos Pantau Lalu Lintas Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah pada Senin 3 Juni 2019 sekitar pukul 22.45 WIB.
Awalnya ada seorang tak dikenal menggunakan kaos berwarna hitam, celana jeans serta memakai headset berjalan menuju Pos Pantau Tugu Kartasura. Orang tersebut duduk di trotoar di depan pos.
Lalu sepuluh menit kemudian terjadi ledakan di depan pos yang mengakibatkan orang tersebut luka-luka. Belakangan pelaku diketahui berinisial RA.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019