Bangkok (ANTARA News) - Kabinet Thailand pada Selasa memperpanjang dan memperluas keadaan darurat di daerah berpenduduk sebagian besar suku Melayu di selatan, tempat perlawanan berdarah tidak menunjukkan tanda mereda. Undang-undang darurat, yang berlaku di propinsi Yala, Pattani dan Narathiwat sejak Juli 2005, akan diperpanjang tiga bulan sejak 20 Januari, kata jurubicara pemerintah Chaiya Yimwilai. Hukum darurat itu juga akan diperluas untuk mencakup empat daerah di Songkhla, propinsi terdekatnya, tempat pejuang meningkatkan serangannya dalam upaya membentuk negara terpisah di wilayah berbatasan dengan Malaysia tersebut. "Kabinet memutuskan mengumumkan wilayah darurat di empat daerah, karena kekerasan di sana," kata Chaiya dalam jumpa pers. Kekuasaan darurat memberi pasukan keamanan kekebalan luas dari tuntutan, sementara memberi mereka kekuasaan menggeledah dan menyita, juga membolehkan tersangka ditahan sampai 30 hari tanpa tuduhan. Kelompok hak asasi dengan keras mengecam aturan itu dan menyebutnya menimbulkan suasana pembiaran di daerah tersebut. Lebih dari 2.800 orang tewas sejak perlawanan dimulai pada Januari 2004, dengan pembunuhan bertambah sering dan keji, meskipun pemerintah berjanji menumpas perlawanan. Pejuang menewaskan delapan tentara Thai di Narathiwat pada Senin dan mencoba mengayau mereka, sementara sedikit-dikitnya 37 orang cedera pada Selasa akibat bom meledak di pasar pagi di Yala. Jurubicara tentara, Kolonel Acar Tiproch, bersikeras bahwa kekerasan tidak lebih buruk di selatan itu dan mengatakan kepada kantor berita Prancis AFP bahwa keadaan darurat sudah diperluas ke Songkhla agar pejabat di daerah itu bisa memperoleh tunjangan bahaya. Daerah selatan tersebut adalah kesultanan mandiri Melayu sampai Thailand mencaploknya pada 1902, yang memicu berdasawarsa ketegangan. Sekelompok orang diduga pejuang pada Selasa pagi meledakkan sebuah bom, yang disembunyikan di motor curian diparkir di dekat pasar pagi terkenal di Yala, melukai 37 warga dan enam di antara mereka dalam keadaan gawat, kata polisi. Ledakan itu terjadi pada pukul 06.40 waktu setempat saat pasar penuh dengan penjual makanan dan pembeli, kata polisi Yala, Kolonel Poomphet Phiphatphetpoom. Bom itu diledakkan dengan telepon genggam, yang disembunyikan di dalam motor curian, kata Poomphet. Ledakan Selasa itu sebagai kelanjutan dari serangan kekerasan Senin terhadap ronda Thailand di provinsi terdekatnya, Narathiwat, yang menyebabkan delapan tentara tewas. Serangan terhadap pengawal guru, yang memang dilindungi, karena sering dijadikan sasaran pejuang itu, dilakukan sejumlah pejuang tak dikenal di daerah Chanae di propinsi Narathiwat, kata jurubicara tentara, Kolonel Akara Thiprote kepada AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008