Jakarta (ANTARA News) - Tim Dokter Kepresidenan yang merawat mantan Presiden Soeharto membatalkan rencana mencabut mesin bantu pernafasan, menyusul menurunnya kondisi kesehatan Pak Harto. "Tadinya ada rencana untuk melepas ventilator, tetapi karena kondisi (Pak Harto) menurun, jadi kita batalkan," kata Ketua Tim Dokter Dr Mardjo Soebiandono Sp kepada pers di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, Selasa. Dalam keterangannya, Hardjo menyatakan secara umum kesehatan Pak Harto menurun. Meski kesadaran masih baik, fungsi jantung dan paru menurun. Pak Harto juga masih belum melewati masa kritis. Bahkan infeksi sistemik yang terjadi di paru dan sejumlah organ lainnya, menurut Hardjo, merupakan ancaman sehingga Tim Dokter memberikan perawatan intensif. Ahli paru RSPP Dr Soetji Astuti Mariono menyatakan Tim Dokter terus memantau infeksi yang terjadi pada organ Pak Harto, terutama untuk mencari posisi infeksi yang terparah. "Yang pasti infeksi di paru-paru ada. Di tempat lain kemungkinan juga ada. Ini terus kita telusuri," katanya. Menjawab pertanyaan, Soetji menjelaskan di mana pun berada infeksi akan mengancam, apalagi kondisi pasien yang sudah berusia lanjut. "Efeknya tentu penyembuhan akan lebih lama karena obat-obatan bisa tidak sensitif lagi," katanya. Tim Dokter mengakui salah satu penyebab infeksi paru-paru Pak Harto adalah alat ventilator, namun hal itu sudah diperhitungkan sebelumnya. "Salah satu penyebab infeksi memang dari ventilator, tapi itu (ventilator) sangat diperlukan. Kalau tidak dipasang kita tak tahu apa yang terjadi. Tapi kemungkinan (infeksi) ini sudah kita antisipasi," katanya. Pjs Direktur RSPP Dr Djoko Sanjoto SpB menambahkan, memang ada keuntungan dan risiko terkait pemasangan ventilator. Kemungkinan, pemasangan ventilator akan dialihkan dari melalui mulut diganti melalui leher. (*)
Copyright © ANTARA 2008