Jakarta (ANTARA News) - Pengamat kepolisian, Neta S Pane, menilai langkah Kapolri Jenderal Pol Sutanto mengangkat Kapolda dari Korps Polisi Wanita (Polwan) untuk pertama kalinya merupakan satu terobosan yang harus didukung, kendati hal itu sudah agak terlambat dilakukan. "Mengapa baru sekarang ada wanita jadi Kapolda. Seharusnya, sudah dilakukan Polri beberapa tahun lalu," kata Neta kepada wartawan di Jakarta, Selasa. Pane mengatakan hal itu menyusul keputusan Kapolri yang mengangkat Kombes Pol Rumiah sebagai Kapolda Banten untuk menggantikan Brigjen Pol Timur Pradoppo. "Memang sudah seharusnya ada Kapolda dari wanita, sebab jumlah Polwan juga terus bertambah. Polwan harus diberi kesempatan menjadi pimpinan Polri juga," katanya. Ia menilai, keputusan Kapolri itu juga dalam rangka mempermudah tugas Polri di Banten, sebab Gubernur Banten saat ini juga seorang wanita, yakni Ratu Atut. "Dengan Kapolda wanita, Polda Banten akan lebih mudah kerja sama dengan Pemda Banten untuk menciptakan keamanan di sana," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) ini. Pengangkatan Rumiah yang juga mantan Kepala Bidang Produksi dan Dokumentasi, Divisi Humas Polri itu juga menjadi tantangan bagi para Polwan untuk membuktikan bahwa Polwan tidak kalah dengan polisi laki-laki. "Kalau Rumiah mampu menjalankan tugas, maka ini akan mengangkat citra Polwan dan tidak menutup kemungkinan semakin banyak Polwan jadi Kapolda," katanya. Selain itu, juga akan berimbas kepada jajaran di bawahnya, yakni semakin banyak Kapolwil, Kapoltabes, Kapolwiltabes, Kapolres dan Kapolsek yang berasal dari Polwan sebab jabatan-jabatan strategis itu terlalu didominasi polisi laki-laki. (*)
Copyright © ANTARA 2008