Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Selasa pagi, turun tipis karena pelaku pasar cenderung membeli dolar AS ketimbang memegang rupiah, sekalipun pasar saham regional membaik. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun tiga poin menjadi Rp9.430/9.440 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.427/9.430 per dolar AS. Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Selasa, mengatakan rupiah masih tertekan, namun tekanan pasar itu agak berkurang, akibat membaiknya pasar saham regional yang terpicu oleh menguatnya bursa Wall Street. Karena itu, posisi rupiah sepanjang pekan ini diperkirakan masih berada dalam kisaran antara Rp9.440 hingga Rp9.450 per dolar AS, ucapnya. Rupiah, menurut dia, kemungkinan akan tetap berada di atas level Rp9.400 per dolar AS dan akan sulit untuk bisa berada di bawah level itu, apalagi pertumbuhan ekonomi pada 2008 semakin berat akibat gejolak ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi yang makin melambat, baik Jepang maupun AS, merupakan salah satu faktor penyebab pertumbuhan ekonomi di dalam negeri cenderung menurun, katanya. Ia mengatakan nilai tukar rupiah yang mencapai Rp9.400 per dolar AS dinilai masih wajar, karena para eksportir masih dapat melakukan aktivitasnya dengan baik. Jadi posisi rupiah di level tersebut cukup baik, karena belum ada keluhan bahwa tingkat rupiah saat ini menghambat kegiatan usahanya, katanya. Untuk itu pemerintah harus membuat kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi tetap tumbuh, dan mempunyai peluang untuk bisa mendorong ekspor lebih besar lagi. Apalagi ekspor komoditi primer saat ini nilainya berkurang, meski volumenya tetap, akibat turunnya harga komoditi itu, namun pasar ekspor masih tetap menjanjikan untuk dilacak lebih baik lagi, ucapnya. Sementara itu, dolar AS terhadap yen turun menjadi 107,37 dari sebelumnya 108,15, sedangkan euro stabil pada 1,4865. Dolar kemungkinan akan kembali melemah, apabila bank sentral AS (The Fed) pada kuartal ketiga tahun ini akan kembali menurunkan suku bunganya. (*)
Copyright © ANTARA 2008