Kualitas rasa serta bahan pembuatannya sangat bergantung kepada harga jualnya,

Medan (ANTARA) - Kue kering menjadi makanan khas yang wajib disajikan saat masyarakat merayakan Idul Fitri dan membuat para pengusaha kue kering meraih untung besar setiap menjelang Lebaran, bahkan hingga ratusan juta rupiah.

"Alhamdulillah, tahun ini sangat meningkat hampir 100 persen. Soal keuntungan sampai ratusan juta lebih," kata pemilik toko kue Mama Watt's di Kota Medan Sumatera Utara, Waty Badar, kepada ANTARA di Medan, Senin.

Ia menyajikan sebanyak 23 jenis kue kering dengan kisaran harga mulai dari Rp100.000 sampai dengan Rp200.000 per toples.

"Untuk yang setengah kilo mulai dari Rp100.00 sampai Rp150.000, kalau yang satu kilo berkisar dua ratusan ke atas," katanya.

Kue kering yang disajikan pemilik toko Mama Watt's (ANTARA/ Nur Aprilliana Br Sitorus)

Waty mengaku kue kering buatannya memiliki kualitas dan cita rasa yang berbeda, hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahan baku yang digunakan untuk membuat kue kering berkualitas premium.

"Bentuk boleh sama, tetapi soal rasa dan kualitas urusan beda. Kualitas rasa serta bahan pembuatannya sangat bergantung kepada harga jualnya," ujarnya.

Ia mengaku, telah mengembangkan usaha kue keringnya selama hampir 20 tahun.

Melihat semakin banyaknya pelaku usaha kue kering menjelang Lebaran, membuat peta persaingan menjadi semakin ketat. Meski begitu Waty mengaku tidak takut untuk menghadapi persaingan tersebut.

Menurutnya kunci untuk memenangkan persaingan adalah dengan menjaga kualitas rasa yang ditawarkan. Selain itu ia juga gencar berpromosi melalui sosial media maupun dari komunitas-komunitas.

Kue kering yang disajikan pemilik toko Mama Watt's (ANTARA/ Nur Aprilliana Br Sitorus)

Dengan segala keunggulan yang dimilikinya tak aneh jika wanita yang selalu menggunakan gamis dengan balutan jilbab ini mampu meraih untung hingga jutaan rupiah.


Baca juga: Kue kering legendaris di Padang "diburu" jelang Lebaran
Baca juga: Jelang lebaran kue kering tradisional Aceh jadi buruan

Pewarta: Nur Aprilliana Br. Sitorus
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019