Ambon (ANTARA) - Empat desa di Maluku takbiran malam ini. Keempat desa itu adalah Desa Wakal, Desa Kaitetu (Kecamatan Leihitu), Desa Tengahtengah (Kecamatan Salahutu) dan Desa Waiputi (Kecamatan Leihitu Barat).
Umat muslim di keempat desa itu menggelar malam takbiran malam ini karena akan melaksanakan salat Id esok, 3 Juni 2019.
Meski ini adalah malam takbiran, tidak ada pawai maupun keramaian yang berlebihan dalam proses malam takbiran di Desa Wakal, Kaitetu dan Tengahtengah di Pulau Ambon dan Waiputi di Pulau Seram.
Warga muslim setempat hanya berkumpul dan bercengkrama, kemudian menyalakan kembang api dan membunyikan petasan selepas salat Isya. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan pemuda.
Umat muslim di Wakal, Kaitetu, Waiputi dan Tengahtengah diketahui telah melaksanakan ibadah puasa 1 Ramadhan 1440 Hijriyah pada 4 Mei 2019, dua hari lebih awal dari yang ditetapkan oleh Kementerian Agama.
Proses malam takbiran di empat desa tersebut hampir sama. Mereka memulai malam takbiran dengan berbondong-bondong membayar zakat fitrah dan mal.
Zakat dibawa ke panitia amil zakat di masjid-masjid setempat untuk disalurkan kepada yang berhak menerima zakat, ada pula yang mengantarkan langsung zakatnya ke rumah penerima zakat, seperti para janda, mualaf, anak yatim dan fakir miskin.
menyalakan lilin di makam
Usai membayar zakat, warga Wakal, Kaitetu, Waiputi dan Tengahtengah kemudian mengunjungi komplek pemakaman setempat untuk menyalakan lilin di makam para kerabat yang telah meninggal dunia.
Tradisi menyalakan lilin di makam saat malam takbiran dimaknai sebagai menerangi rumah para kerabat yang telah meninggal dunia, dan berbagi suka cita menjelang perayaan Idul Fitri.
Seorang warga di Desa Kaitetu, Abdurahman Tatisina (31) mengatakan menyalakan lilin di makam anggota keluarga yang telah lebih dulu berpulang ke rahmatullah, adalah tradisi penting yang selalu dilakukan saat malam takbiran.
Abdurahman mengaku telah melaksanakan tradisi itu sejak dia masih kecil. Ia bahkan menyalakan lilin di makam para kerabat yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.
"Kubur adalah rumah orang-orang yang sudah meninggal. Menyalakan lilin di kubur artinya kami berbagi suka cita dengan mereka yang telah lebih dulu berpulang ke rahmatullah. Tradisi Ini sudah kami laksanakan dari dulu, orang-orang tua kami juga melakukannya. Insya Allah ini akan diteruskan sampai ke anak cucu saya," katanya.
Baca juga: Warga Mataram akan semarakkan pawai takbiran pecahkan rekor MURI
Baca juga: Warga Lombok Barat siapkan miniatur masjid untuk takbiran
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019