Semarang (ANTARA News) - Sedikitnya 115 pengusaha tempe dan tahu di Kabupaten Grobogan, Jateng, bangkrut atau gulung tikar, menyusul melonjaknya harga kedelai dalam sebulan terakhir. Persoalan yang menimpa pengusaha tempe dan tahu ini benar-benar memprihatinkan karena tidak terkendalinya harga kedelai saat ini yang mencapai Rp7.400,00 per kilogram, kata Ketua Primkopti Grobogan, Moch. Zayen, di Purwodadi, Senin. "Kondisi ini benar-benar sulit. Kenaikan harga saat ini benar-benar memukul kelangsungan usaha industri kecil tempe dan tahu, sehingga pemerintah harus segera turun tangan mengatasi melonjaknya harga kedelai ini," katanya. Menurut dia, saat ini, jumlah pengusaha tempe dan tahu di Grobogan tercatat 245 orang. Sejak harga kedelai maik, hanya tinggal sekitar 125 orang yang masih bertahan meminta pasokan kedelai. "Separoh lebih anggota kita sudah tidak minta kedelai lagi. Karena mereka memilih istirahat dulu tidak produksi tempe dan tahu. Mereka akan beroperasi lagi kalau harga kedelai sudah turun," katanya. Ia menjelaskan, sekitar dua bulan lalu, harga kedelai masih berkisar Rp4.000,00 per kilogram. Saat ini harga kedelai mencapai Rp7.400,00 per kilogram, bahkan hari ini harga kedelai naik lagi menjadi Rp7.425,00 per kilogram. Kondisi ini membuat kami was-was. Kenaikan harga yang sangat tajam itu membuat situasi serba dilematis. Di sisi lain, pengusaha dituntut menaikkan harga jual guna mengimbangi naiknya harga bahan baku. Tetapi hal ini tidak bisa dilakukan karena konsumen pasti akan menjerit kalau harga dinaikkan. "Kalau harga tempe naik, maka konsumen mendingan pilih beli daging saja. Upaya yang kita lakukan sekarang adalah mengurangi ukuran tempe lebih kecil dan menjualnya dengan harga sama," katanya. Dia berharap, pemerintah setempat ikut memikirkan kelangsungan hidup para pengusaha tempe ini. Sebab, jika harga kedelai terus naik maka semua pengusaha dipastikan menutup usahanya.(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008