Jakarta (ANTARA) - Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Tumbur Parlindungan menginginkan aktivitas eksplorasi migas di Indonesia agar dapat digalakkan mengingat masih banyaknya cadangan minyak di kawasan Asia Tenggara.
"Sayangnya dalam 15 tahun terakhir aktivitas eksplorasi cukup minim terjadi di Indonesia. Padahal, negara lain yang cadangan migasnya di bawah Indonesia banyak berbenah untuk menghadirkan investasi hulu migas," kata Tumbur Parlindungan dalam siaran pers di Jakarta, Minggu.
Ia mengemukakan bahwa saat ini, Indonesia dihadapkan kepada peluang dan tantangan di dalam mengembalikan kejayaan sektor hulu migas.
Hal tersebut, lanjutnya, salah satunya dapat dilakukan dengan mengembalikan minat dan kegairahan investor migas global untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi di Tanah Air.
"Cadangan migas nasional terbukti masih relatif besar di kawasan Asia Tenggara, bahkan di Asia. Hanya saja, perlu ada tambahan cadangan migas yang diwujudkan dengan eksplorasi," ucap Tumbur.
Untuk itu, ujar dia, fakta tersebut patut menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan mengingat porsi Minyak dan Gas Bumi dalam kebutuhan energi nasional masih tertinggi bila dibandingkan dengan batubara, ataupun dengan energi baru terbarukan.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), target bauran energi fosil pada 2025 mencapai 47 persen, sementara pada 2050 sebesar 43,5 persen.
Masih berdasarkan RUEN, diproyeksi produksi minyak bumi nasional sebesar 567.000 barrel oil per day (BOPD) pada 2025, sementara pada 2050 sebesar 698.000 BOPD.
Sementara itu, untuk kebutuhan kilang minyak mentah nasional pada 2025 mencapai 2,19 juta BOPD dan meningkat menjadi 4,61 juta BOPD pada 2050.
Dengan asumsi produksi minyak nasional diserap 100 persen untuk kebutuhan domestik, maka impor minyak mentah nasional pada 2025 berkisar 1,67 juta BOPD dan 3,92 juta BOPD pada 2050.
Baca juga: Produksi migas Pertamina 2018 naik 42 persen
Baca juga: Proyek Merakes ditargetkan mulai produksi 2020
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019