Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah pada pekan depan diperkirakan masih berada di kisaran antara Rp9.400-Rp9.425 per dolar AS, karena Bank Indonesia (BI) akan tetap menjaga rupiah dari pelemahan lebih jauh.
"Rupiah akan tetap terjaga pada level itu, apalagi Rapat Dewan Gubernur (RDG) menyatakan BI akan terus memantau rupiah di pasar uang domestik," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, akhir pekan ini.
Menurut dia, gejolak kenaikan harga minyak mentah dunia dan dampak kasus gagal bayar kredit sektor perumahan di AS merupakan faktor utama yang menekan rupiah.
Di samping itu rupiah terpuruk hingga mendekati level Rp9.500 per dolar AS pada pekan lalu, karena korporat membutuhkan dolar AS cukup besar untuk pembayaran utang dolarnya.
Namun tekanan negatif itu agak berkurang, setelah Ketua Bank sentral AS (The Federal Reserve ) Ben Bernanke menyatakan siap menurunkan suku bunga Fedfund.
Bank sentral AS diperkirakan menurunkan suku bunga Fed sebesar 50 basis poin dari 4,25 persen menjadi 3,75 persen untuk memicu pertumbuhan ekonomi domestik AS yang makin melambat, tuturnya.
Pernyataan Ketua The Fed, menurut dia memicu rupiah pada hari Jumat (11/1) menguat tajam sebesar 27 poin menjadi Rp9.410 per dolar (sebelumnya Rp9.437 per dolar AS) mendekati level Rp9.400 per dolar AS.
Tapi, lanjut Edwin Sinaga yang juga Dirut PT Finance Corporindo, rupiah untuk bisa menguat hingga di bawah level Rp9.400 per dolar AS agak sulit. Nilai rupiah terhadap dolar AS kemungkin dalam waktu beberapa hari akan masih bergerak fultuatif dengan tetap pada level 9.400.
"Kami optimis rupiah akan dijaga BI pada level tersebut, karena otoritas moneter merasa nyaman apabila mata uang lokal itu berada di posisi tersebut," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008