Seruan itu disampaikan pada seminar memperingati Hari Lahir Pancasila yang diselenggarakan Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga di Yogyakarta, Sabtu.
Enam rektor itu adalah Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof Yudian Wahyudi, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Panut Mulyono, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof Sutrisna Wibawa, Rektor UPN Veteran Dr Mohammad Irhas Effendi, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Prof Purwo Santoso, dan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid PhD.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yudian Wahyudi mengatakan Pancasila merupakan ijma kesepakatan kenegaraan bangsa Indonesia yang mengikat. Demi kemaslahatan, tidak boleh membenturkan ijma yang lebih lemah dengan yang kuat.
"Terkait dengan perselisihan Pemilu 2019, kita menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang diharapkan bisa bersikap adil," katanya.
Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan keragaman menjadi berkah dan identitas nasional berkat Pancasila yang kental dengan nilai-nilai inklusivitas.
"Untuk terus menjaga relevansinya, Pancasila perlu direjuvinasi dan reaktualisasi, terutama dalam konteks era milenial," katanya.
Rektor UNY Sutrisna Wibawa mengatakan rekonsiliasi tokoh-tokoh nasional pasca-Pemilu 2019 perlu dilakukan segera.
"Jangan hanya memandang kepentingan sendiri, tetapi hendaknya mengutamakan kepentingan bangsa dan negara," katanya.
Rektor UPN Veteran Mohammad Irhas Effendi mengatakan tidak ada negara yang kuat tanpa nilai pengikat. Pancasia adalah nilai pengikat berbangsa dan bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Oleh karena itu, upaya penyadaran, pemahaman, dan internalisasi nilai-nilai Pancasila harus terus dilakukan dengan metode yang efektif," katanya.
Rektor UNU Purwo Santoso mengatakan Bangsa Indonesia harus melaksanakan Pancasila secara serius. Hal itu penting karena sampai hari ini kesungguhan ber-Pancasila masih dipertanyakan.
"Pancasila bukan hanya dikatakan tetapi juga harus dilakukan secara serius," katanya.
Rektor UII Fathul Wahid mengatakan Pancasila adalah "mitsaqan ghalidha", perjanjian yang sangat kuat, bagi Bangsa Indonesia. Pancasila menyatukan Bangsa Indonesia.
Menurut dia, perbedaan yang ada diikat, bukan dilebur. Rekonsiliasi penting untuk mengurangi kebocoran energi bangsa ini.
"Rekonsiliasi perlu dilakukan elite politik maupun 'grass roots', rakyat biasa. Ini penting agar persatuan bangsa tetap terjaga," katanya.
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019