Tangerang (ANTARA News) - Mantan Presiden HM Soeharto merasa sedih bila mendengar harga sembilan kebutuhan pokok (sembako) mahal karena masyarakat yang memiliki penghasilan pas-pas akan mengalami kesulitan untuk membeli. "Hal ini yang selalu terngiang di telinga saya, manakala harga sembako naik terutama beras, membuat Pak Harto sedih karena warga miskin kesulitan membeli, " kata seorang tokoh Banten H. Moch Zein kepada ANTARA News dihubungi dari Tangerang, Sabtu. Menurut dia, perkataan sedih itu bahkan disampaikan presiden kedua itu setelah lengser dari jabatan pertengahan Juni 2000 dalam suatu pertemuan dengan sejumlah ulama di kediaman di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat. Dia mengatakan, sikap memperhatikan masalah kecil menyangkut "periuk nasi" bagi panglima besar itu sangat penting walau tidak lagi menjabat sebagai kepala negara. H. Moch Zein telah lima kali bertemu penguasa orde baru itu, ketika masih menjabat sebagai Bupati Pandeglang Tahun 1990 hingga 1995, baik di Istana Negara maupun di rumahnya serta di tempat lainnya dan terakhir kali berjumpa saat ditunjuk menjadi anggota Satkar Ulama Tahun 1999. Namun kesan yang mendalam selalu teringat yakni ketika mantan presiden yang kini terbaring sakit di RSPP Jakarta Selatan itu memperhatikan warga miskin agar mampu membeli beras dan sembako serta pengendalian harga perlu dilakukan oleh pemerintah demi daya beli supaya terjangkau sesuai pendapatan. Zein saat ini menjadi anggota DPRD Provinsi Banten dari Fraksi Partai Golkar dan sebagai ulama lebih banyak memberikan ceramah agama kepada warga yang telah memilihnya di Pandeglang. Pria kelahiran Pandeglang 8 Juni 1937 itu mempunyai kesan tersendiri terhadap Pak Harto yakni memiliki sikap ramah dan rendah hati terhadap semua orang dan tidak pernah menyombongkan diri apalagi peduli terhadap nasib warga miskin. Ketika bertemu Pak Harto, kesan sederhana sudah terlihat termasuk dari makanan dan minuman yang disuguhkan kepada tamu seperti singkong rebus dan minuman dawet (cendol). Tutur bahasa Pak Harto selalu sopan dan tidak pernah ada nada tinggi, serta memiliki karisma jika dia menatap mata lawan bicaranya secara perlahan akan menunduk, katanya. "Sulit mencari pemimpin seperti dia saat ini, apalagi mempunyai karisma dan peduli pada rakyat kecil," kata mantan bupati ketika wilayahnya masih bergabung dengan Provinsi Jawa Barat itu. Sedangkan kesan lainnya yakni Pak Harto dekat dengan ulama dan setiap kegiatan kenegaraan selalu melibatkan para kiyai, demikian H. Moch. Zein. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008