Yogyakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden Soeharto oleh keponakannya Aryo Winoto, dinilai sebagai sosok yang sederhana dan religius. "Dua hal itu yang paling saya ingat dari Pak Harto," kata Aryo Winoto yang tinggal di rumah orang tua Pak Harto di Dusun Kemusuk, Argomulyo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu. Menurut dia, pernah pada suatu hari beberapa saat setelah Soeharto lengser, seorang kyai bertanya kepada Pak Harto, apakah Pak Harto tidak merasa takut dan terancam pascalengser mengingat banyak orang yang membencinya. Namun Pak Harto hanya menjawab sambil menganggukan kepala, "Saya ini milik Allah, saya berserah diri kepadaNya, dan apapun yang terjadi pada saya adalah kehendakNya,". Pak Harto, kata Aryo, tidak pernah lupa untuk mengucapkan Basmallah sebelum memulai suatu pekerjaan. Kesederhanaan Pak Harto juga sangat kental. "Contohnya, saat saya menawarkan pengawal pribadi pascalengser, Pak Harto menolak dengan alasan tidak mau dilayani berlebihan. Padahal saya dan keluarga sangat khawatir akan keamanan beliau," katanya. Kesederhanaan Soeharto yang paling diingat Aryo adalah Pak Harto tidak bersedia diperlakukan secara berlebihan, termasuk ketika berkunjung ke Kemusuk. Namun Probosutedjo, adik tiri satu ibu dengan Pak Harto selalu berusaha menyambut Pak Harto dengan istimewa. "Rumah di Kemusuk dan isinya sebagian besar adalah pemberian Pak Probosutedjo, meskipun banyak orang tahu bahwa rumah ini adalah tempat Pak Harto dibesarkan," katanya. Sebagai salah satu bentuk rasa sayangnya kepada pamannya yang saat ini sedang dirawat intensif di RSPP Jakarta, Aryo Winoto beberapa kali menggelar doa bersama dengan puluhan warga Kemusuk untuk meminta kesembuhan bagi penguasa Orde Baru tersebut. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008