Dulu masa lalu, saya pernah mendapatkan pendidikan Pancasila tetapi hanya sekadar doktrinasi.
Surabaya (ANTARA) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan penanaman nilai-nilai Pancasila tidak cukup dengan doktrinasi melainkan dengan pemahaman dan pengalaman.
"Penanaman nilai-nilai Pancasila pada mahasiswa tidak cukup doktrinasi seperti zaman dulu, melainkan pemahaman dan pengamalan. Apa sih implementasi dari sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, dan apa pula sila kedua, ketiga,keempat, dan kelima," ujar Menristekdikti usai peringatan Hari Lahir Pancasila di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Jawa Timur, Sabtu.
Menurut Nasir lebih penting mengamalkan nilai-nilai Pancasila dibandingkan hanya sekedar menghafal. Pemahaman mahasiswa yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi bisa membuat pengamalan Pancasila jadi lebih baik.
"Dulu masa lalu, saya maupun orang tua pernah mendapatkan pendidikan Pancasila tetapi hanya sekadar doktrinasi. Sehingga tidak menyentuh apa sebenarnya hakikat Pancasila itu," katanya.
Dia menambahkan Pancasila telah mempersatukan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, budaya dan bahasa bisa bersatu dengan Pancasila.
Dengan Pancasila pula, pemeluk agama yang berbeda bisa bersatu dan hidup berdampingan di Indonesia. Hal itu merupakan implementasi sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Begitu juga dengan sila kedua, ketiga, keempat, dan kelima.
Menurut dia, pelajaran Pancasila telah diajarkan di jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa harus turut menjaga Pancasila dan jangan sampai terkoyak-koyak.
"Kalau sampai negara terkoyak-koyak maka negara akan bubar karena Pancasila lah yang telah menyatukan kita sebagai Bangsa Indonesia," imbuh dia.
Baca juga: Menristekdikti : jangan sampai Pancasila "terkoyak-koyak"
Baca juga: Menristekdikti: Pemerintah terus perkuat wawasan kebangsaan
Pewarta: Indriani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019