Kuala Lumpur (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat memperkokoh hubungan persahabatan kedua negara melalui delapan pencapaian strategis (strategic goals) yang diharapkan dapat mengatasi berbagai hambatan kerjasama dwi pihak.
"Kita sungguh-sungguh dan secara terbuka ingin menyelesaikan dan mengelola masalah-masalah bilateral yang ada, di samping juga mencari peluang-peluang baru kerjasama," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam konferensi pers bersama dengan PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, di Kuala Lumpur, Jumat.
Pada rangkaian Pertemuan Konsultasi Tahunan Indonesia-Malaysia, yang dilangsungkan di Kantor PM Malaysia di kawasan Putrajaya, Presiden Yudhoyono mengemukakan isu utama pembahasan tentunya adalah masalah ketenagakerjaan.
Selain tenaga kerja, masalah lain yang pembahasannya dipertajam adalah
illegal logging (pencurian kayu), isu perbatasan, kerjasama militer, peningkatan forum silaturahmi antarpemuda, pembentukan "Eminent Person Group" (EPG), militer, pemberantasan penjualan manusia (trafficking in person/TIPs), pendidikan dan pariwisata.
Menurut Kepala Negara, di bidang tenaga kerja dibahas masalah perlindungan hukum bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bermasalah, termasuk memberikan pendidikan bagi anak-anak para TKI.
Di bidang perbatasan wilayah laut dan darat, kedua negara sepakat lebih mengefektifkan jalannya perundingan-perundingan yang pernah dilakukan sehingga memperoleh hasil yang lebih baik seperti perbatasan di Laut Sulawesi, Laut China Selatan, dan Selat Malaka.
"Penyelesaian masalah perbatasan merupakan prioritas utama yang perlu diselesaikan sehingga membawa sumbangan besar bagi peningkatan persahabatan dan hubungan kedua pihak serta dapat mencegah terjadinya insiden-insiden yang tidak perlu," katanya.
Khusus di bidang kerjasama militer, Presiden menjelaskan telah ada capaian-capaian yang memuaskan kedua pihak baik di tingkat menteri pertahanan (general border committee) maupun di tingkat panglima militer (high level commitee) serta forum teknis lainnya.
Diketahui, kerjasama militer yang telah terjalin selama ini meliputi pertukaran intelijen, patroli laut bersama (coordinated naval patrol), saling kunjungan pejabat militer, saling tukar program sekolah staf dan komando, operasi bersama penanggulangan bencana, upaya tanggap darurat bencana alam serta berbagai pelatihan.
"Kita juga mengefektifkan upaya memerangi pembalakan liar, dan penanaman kembali hutan (reforestrasi) guna mencegah pemanasan global sebagai dasar mengatasi masalah lingkungan," kata Presiden.
Sementara itu, PM Abdullah Badawi mengakui bahwa
strategic goals tersebut dapat lebih mempererat hubungan persahabatan kedua negara yang telah terjalin sejak jaman nenek moyang.
Badawi menegaskan bahwa pada pertemuan tersebut telah dijelaskan secara gamblang kepada pihak Indonesia soal penanganan tenaga kerja Indonesia yang bermasalah di Malaysia.
Terkait hal itu, Presiden mengatakan telah mendengarkan langsung dari Badawi tentang penyelesaian kasus 17 TKI yang bermasalah dengan hukum, dua di antaranya kasus Nirmala Bonat, dan Kasus Donald Colopita.
"Semangat kerjasama mengatasi masalah yang ada harus dilanjutkan, sehingga keadilan betul-betul ditegakkan," kata Presiden.
Pada kesempatan itu Kepala Negara juga mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Malaysia yang memberi bantuan fasilitas pendidikan bagi anak-anak TKI yang bekerja di Malaysia dan tercatat telah mengalami kemajuan yang lebih baik.
"Indonesia akan telah mengirim 109 orang guru dan ditambah 50 orang guru lagi sehingga bisa mengajar anak-anak para pekerja," ujarnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008