Jakarta (ANTARA News) - BUMN India, National Aluminium Company Ltd (NALCO) menjajaki investasi pembangunan peleburan (smelter) aluminium senilai tiga miliar dolar AS di Sumatera Selatan (Sumsel), dengan memulai studi kelayakan tahun ini. Memorandum kesepakatan (MoU) investasi ditandatangani di Jakarta, Jumat, antara Direktur Keuangan NALCO BL Bagra dengan Wakil Gubernur Sumsel Mahyuddin NS, yang disaksikan Dirjen Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka (ILMTA) Depperin Anshari Bukhari, serta Sekjen Departemen Pertambangan India. Direktur Keuangan NALCO, BL Bagra mengatakan pihaknya akan melakukan studi kelayakan untuk pembangunan proyek smelter aluminium ingot yang terintegrasi. "Indonesia memiliki potensi pasar (aluminium) yang cukup besar. Namun berapa besar komposisi pasokan pasar domestik dan ekspor nantinya sangat tergantung permintaan pasar," katanya. NALCO, kata dia, hanya akan bermain pada produk hulu, dan tidak sampai ke industri hilir aluminium. Pihaknya juga akan membuka kerjasama dengan perusahaan lainnya di Indonesia. Dirjen ILMTA Depperin Anshari Bukhari menjelaskan, NALCO akan membangun pabrik peleburan aluminium untuk menghasilkan ingot dengan kapasitas 250 ribu ton per tahun. Selain membangun pabrik ingot, NALCO, kata dia, juga akan membangun fasilitas produksi berupa pembangkit listrik tenaga batubara dengan kapasitas 3 x 250 MW, yang diperkirakan membutuhkan batubara sekitar 4-5 juta ton per tahun. NALCO juga akan membangun infrastruktur dan perumahan karyawan serta fasilitas umum dan sosial lainnya di lahan seluas 1.000 hektar (ha). "Investasi keseluruhan akan mencapai tiga miliar dolar AS dan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 2.000 orang," katanya. Diakuinya, pada tahun ini NALCO akan melakukan studi kelayakan terlebih dahulu sebelum melakukan investasi yang sesungguhnya. Studi kelayakan diperkirakan memakan waktu 6-12 bulan. "Studi kelayakan itulah yang akan menentukan kelayakan pengembangan pabrik ingot di sini. Tapi rasanya dengan potensi pasar yang besar di Indonesia serta energi yang tersedia, sudah menunjukkan adanya kelayakan pabrik tersebut," ujarnya. Namun, Anshari juga mengakui masalah kesediaan infrastruktur masih menjadi sorotan utama, mengingat kebutuhan batubara yang besar untuk pembangkit listrik membutuhkan infrastruktur jalan dan pelabuhan yang memadai. Lebih jauh ia mengatakan potensi aluminium di Indonesia sangat besar mengingat selama ini Indonesia mengimpor sekitar 240 ribu ton aluminium per tahun untuk memenuhi kebutuhan nasional. Menurut dia, pabrik aluminium di Sumatera Utara (Sumut) yaitu Inalum hanya bisa memenuhi sekitar 80 ribu ton kebutuhan dalam negeri, karena dari kapasitas produksi sebesar 250 ribu ton sebagian besar diekspor. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008