Jakarta (ANTARA News) - Kondisi paru-paru mantan Presiden Soeharto memasuki hari kedelapan masa perawatannya di Rumah sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan, mulai membaik. "Hasil foto paru-paru menunjukkan ada perbaikan, tetapi belum sepenuhnya membaik," kata Ketua Tim Dokter Kepresidenan, Mardjo Soebandiono, dalam jumpa pers di RSPP Jakarta, Jumat. Mardjo memaparkan, kondisi umum Soeharto masih lemah, meskipun sadar dengan suhu tubuh berkisar 36 derajat celcius. Sedangkan perbaikan paru-paru itu juga terlihat antara lain dari berkurangnya gejala sesak nafas. "Masalah yang terjadi selama ini adalah sesak nafas yang disebabkan penumpukan cairan di paru-paru. Penyebabnya ada dua, yaitu kelebihan cairan dan kelemahan pada jantung. Dua hal ini sedang kami tangani secara intensif," kata dokter ahli paru Hadiyanto. Sementara perbaikan pada paru-paru juga terlihat dari lebih banyaknya cairan yang dapat dikeluarkan dalam 24 jam terakhir. Jika Kamis (10/1) kemarin tim dokter masih mengeluarkan 1.500 cc, pada Jumat (11/1) sekarang berhasil mengeluarkan 2.200 cc. Selain itu, tim dokter sedang mewaspadai ancaman infeksi pada paru, misalnya peradangan. "Kami sudah melakukan terapi pencegahan, antara lain dengan memberikan antibiotik untuk mencegah radang," kata Hadiyanto. Tim dokter sampai saat ini belum memutuskan untuk memasang CRV, karena kondisi Pak Harto masih belum memungkinkan. Kondisi jantung itu sendiri disebut mengalami penurunan, karena adanya disinkronisasi antara bilik kiri dan kanan jantung. "Pada saat ini, CRV bukan satu-satunya solusi optimal untuk mengatasi lemahnya fungsi jantung," kata dokter ahli jantung Munawar dari RS Harapan Kita. Sedangkan tim dokter juga belum memutuskan untuk melakukan tindakan drastis, tetapi berencana tetap meningkatkan keadaan umum, memperbaiki keseimbangan cairan, obat-obatan, serta pemakaian CCVVHDF yang berperan penting dalam perawatan, khususnya untuk menyedot cairan dari tubuh Soeharto. (*)
Copyright © ANTARA 2008