Jakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden Soeharto meminta tempat tidur perawatannya di Lantai 5 Gedung A Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan, dihadapkan ke arah kiblat agar memudahkan bagi mantan penguasa Orde Baru itu melaksanakan shalat fardhu. "Memang sejak beberapa hari lalu beliau minta tempat tidurnya diarahkan ke arah tertentu supaya kalau beliau melaksanakan shalat, beliau merasa menghadap ke kiblat," kata mantan Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono, yang datang membesuk pada siang hari sekitar pukul 13.30 WIB, Kamis. Moerdiono pada Kamis (10/1) tampak beberapa kali datang dan pergi memasuki ruang perawatan Soeharto. Setidaknya tiga kali, Moerdiono tampak keluar dari ruang perawatan Soeharto, yaitu pada pagi hari sekitar waktu subuh, menjelang siang, dan tepat pada siang hari. Moerdiono mengatakan, sesuai dengan instruksi Tim Dokter Kepresidenan, Soeharto dilarang menerima tamu atau jumlah kunjungan tamu dibatasi agar ia dapat beristirahat dengan tenang. "Seperti dijelaskan oleh dokter, beliau dilarang menerima tamu. Kalau saya ini sudah dianggap sebagai anggota keluarga," katanya. Menurut dia, Soeharto dalam keadaan sadar dapat diajak berkomunikasi dan dapat menanggapi apa yang Moerdiono katakan. "Beliau sadar, kesadarannya bagus, tapi kalau secara detail medis, maka dokter yang lebih tahu," katanya. Dalam ruang perawatan intensif care unit tempat Soeharto dirawat, Moerdiono, mengaku bertemu dengan sejumlah anak Soeharto, yaitu Tutut, Titik, dan Mamiek. "Saya ketemu Mbak Tutut, Mbak Titik, Mbak Mamiek, dan para dokter," katanya. Sejumlah alat bantu masih tampak dipasangkan pada tubuh mantan Presiden Soeharto. Ketika menunggu mobil menjemput di lobi RSPP, Moerdiono, sempat bercanda dengan para wartawan. Ia meminjam mikropone salah satu wartawan televisi dan mewawancarai petugas keamanan Satpam yang tengah berjaga di depan lobi. Moerdiono menanyakan kesan selama menjadi satpam di RSPP yang kemudian dijawab oleh Satpam: "Enak pak sebab bisa ketemu Pak Moerdiono," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008