Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Jumat, menjelaskan, harga rasional yang dimaksud adalah harga tiket kelas ekonomi.
“Maka pilihan yang rasional bagi konsumen adalah menggunakan kelas ekonomi saat naik pesawat. Itu pun tarifnya sudah kini setinggi langit,” katanya.
Pernyataan itu menyusul tampilan harga tiket rute Bandung-Medan di agen perjalanan daring mencapai Rp21 juta untuk kelas bisnis.
Ia mengatakan, kelas bisnis harganya memang berlipat dari kelas ekonomi, apalagi rutenya memutar sejumlah titik. “Tiket kelas bisnis atau eksekutif di pesawat, bahkan di bus AKAP, tidak diatur pemetintah. Yang diatur hanya kelas ekonomi, via tarif batas atas dan tarif batas bawah,” katanya.
Ia menjelaskan, kelas bisnis tergantung operator (maskapai penerbangan), yang sesuai mekanisme pasar yang berfungsi bagi maskapai udara untuk subsidi silang bagi kelas ekonomi yang dianggap masih merugi.
Kelas bisnis di pesawat terbang hanya beberapa kursi saja, sekitar 10 kursi untuk sekelas pesawat Boeing B-737 atau Airbus A-320 (narrow body/single aisle).
Menurut dia, tampilan yang ada di wadah pemesanan tersebut membingungkan konsumen karena rutenya berputar-putar dan kelas bisnis.
“Untuk jurusan Bandung-Medan harus berputar dulu ke Bali, lalu ke Jakarta, baru ke Medan? Ini membingungkan konsumen. Itu sama saja kita dari Jakarta mau ke Yogyakarta tapi transit di Singapura dulu, lalu ke Jakarta lagi, baru ke Yogyakarta. Rute yang ditawarkan OTA tidak rasional,” katanya.
Namun, Public Relations Director Traveloka, Sufintri Rahayu, Traveloka telah mengimbau masyarakat untuk jeli dalam membeli tiket pesawat di situs atau aplikasi pemesanan daring. “Kami mengimbau dan mengedukasi masayarakat untuk jeli meneliti pembelian,” katanya.
Pada dasarnya, dia menjelaskan pemilihan pesawat sangat mudah sekali diatur sesuai dengan kebutuhan dan preferensi konsumen.
Pewarta: Juwita Rahayu
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019