Medan (ANTARA News) - Pemasaran sepatu buatan pengusaha kecil di Sumut terganjal sepatu impor khususnya dari China. Beberapa tahun terakhir ini, pengrajin sepatu semakin sulit memasarkan produknya karena kalah bersaing dengan buatan China yang dijual lebih murah, kata perajin sepatu di Medan, Nurdalmi, Rabu. Pengrajin sendiri tidak bisa menekan harga jual lebih rendah atau menyamai produk China karena harga bahan baku khususnya kulit terus naik. Harga sepatu buatannya yang diberi merek Pinko itu, kata dia, berkisar Rp250 ribu hingga Rp900 ribu per pasang, sementara produk China hanya seharga Rp150 ribu per pasang. Sementara secara kualitas, pengrajin meyakini, kualitas hasil UKM di Medan tidak kalah bersaing. Kualitas yang tidak kalah bersaing itu, kata dia, mengacu pada terus adanya permintaan dari Malaysia meski masih secara individu dan dalam jumlah terbatas. "Kalau persaingan ketat khususnya soal harga masih terus berlanjut, maka ratusan pengrajin akan benar-benar mati setelah selama ini megap-megap," kata pengrajin CV Karya Muda Shoes itu. Mengenai produksi sepatunya pada tahun ini ditargetkan sekitar 300 sepatu per bulan. Kepala Dinas Perindag Sumut, Mohammad Hasbi Nasution, mengakui, kalah bersaingnya pemasaran produk UKM dengan produk luar negeri. Bukan hanya dengan produk China yang bisa menjual harga murah, tapi juga terhadap produk UKM dari Thailand dan Malaysia. Karena itu, Pemprov Sumut berupaya membantu pemasarannya dengan cara mengikutsertakan dalam setiap kegiatan pameran di dalam dan luar negeri, katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008