Palembang (ANTARA) - Pengiriman kuliner khas Palembang pempek melalui kargo Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II terus mengalami penurunan signifikan sejak kenaikan biaya kargo selama empat bulan terakhir hingga memasuki bulan Ramadhan ini.
Kepala Kargo Bandara SMB II Palembang, Sigit Budiarto di Palembang, Kamis mengatakan rata-rata pengiriman pempek turun hampir 50 persen setiap hari jika dibandingkan tahun lalu.
"Tahun lalu kami mencatat rata-rata setiap hari ada 5-7 ton pempek, tapi sekarang hanya rata-rata 2-3 ton per hari. Statistik penurunan di kargo mungkin karena sebagiannya dibawa perusahaan logistik lewat jalur darat," ujar Sigit kepada Antara.
Sejak kenaikan Surat Muatan Udara (SMU), perusahaan logistik di Kota Palembang banyak memilih pengiriman jalur darat lantaran terjadi pembengkakan operasional. Perusahaan logistik kebanyakan mengirim lewat kargo hanya untuk jenis makanan dan barang dengan ketahanan sensitif.
Data Bandara SMB II menyebut total barang yang melalui kargo pada Januari- April 2019 beruturut-turut 1.475 ton, 1.444 ton, 1.238 ton, dan 1.178 ton tiap bulan.
Sementara total barang yang melalui kargo pada Januari- April 2018 beruturut-turut 1.727 ton, 1.635 ton, 1.823 ton, dan 1.747 ton tiap bulan,
Pada Periode Januari-April 2019 kuantitas pengiriman logistik dari Kargo Bandara SMB II menurun 20-29 persen tiap hari jika dibandingkan 2018.
Kepala Kargo Bandara SMB II Palembang itu memprediksi jumlah pengiriman pempek dan logistik lain lewat kargo tidak akan mengalami kenaikan berarti, sebaliknya justru bisa saja semakin turun terdampak penurunan jumlah penumpang yang seringkali memaksa maskapai harus menjadwal ulang pengiriman.
"Maskapai banyak membatalkan atau men-delay keberangkatan, itu berpengaruh dengan jadwal pengiriman. Meskipun sebenarnya untuk Kota Palembang lebih banyak menerima dibanding mengirim," demikian Sigit.
Selain itu ia memastikan layanan kargo akan terus beroperasi selama musim mudik Lebaran 2019 agar tidak terjadi penumpukan barang kiriman maupun datangan.
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019