Surabaya (ANTARA News) - Jenazah mantan pebulutangkis nasional era 1950-1960-an, Nyoo Kim Bie, yang meninggal dunia pada Senin (7/1) sekira pukul 22.45 WIB rencananya dimakamkan di Pemakaman Eka Praya Kembang Kuning Surabaya pada Sabtu (11/8).
Sejak Selasa siang, jasad pebulutangkis nasional yang turut berjuang merebut Piala Thomas pada 1958 dan 1961 itu, disemayamkan di Rumah Duka Adi Jasa Surabaya.
Ucapan belasungkawa dan duka cita datang dari berbagai kalangan, diantaranya pengurus PB PBSI, insan olahraga dan pejabat Pemprop Jatim maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, baik yang disampaikan langsung maupun lewat karangan bunga.
Salah satu putri Nyoo Kim Bie, Maria Magdalena, mengungkapkan bahwa kondisi kesehatan ayahnya terus menurun sejak kematian istrinya Sisca Sing pada Mei 2007 lalu.
"Beberapa kali papi sempat keluar masuk rumah sakit, karena penyakit yang dideritanya kambuh. Sejak ditinggal mami pergi, papi terlihat sering murung dan kesepian," katanya.
Nyoo Kim Bie yang meninggal pada usia 80 tahun, sejak lama mengidap sejumlah penyakit, seperti jantung, liver dan saluran pencernaan. Ketika kondisinya kelelahan, penyakit Nyoo Kim Bie sering kambuh.
"Ketika berada di rumah sakit, papi masih terus memikirkan soal bulutangkis. Memang selama hidupnya, bulutangkis tidak pernah lepas dari aktivitasnya sehari-hari," tambah Lucia, putri Nyoo Kim Bie lainnya.
Ketua Pengda PBSI Jatim Yacob Rusdianto yang ditemui pada kesempatan sama mengatakan Nyoo Kim Bie merupakan sosok olahragawan langka, karena sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk mengurusi bulutangkis.
"Setelah pensiun sebagai pemain pada tahun 1970-an, sebenarnya beliau banyak mendapat tawaran menjadi pelatih, baik di Pelatnas maupun luar negeri. Tapi itu ditolaknya dan beliau lebih memilih jadi pelatih di Surabaya," katanya.
Selain aktif melatih pebulutangkis usai dini (anak-anak) di Klub Suryanaga Surabaya, Nyoo Kim Bie juga memberikan latihan privat bulutangkis pada sejumlah murid sekolah dasar. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008