New York (ANTARA News) - Orang yang banyak berlutut saat bekerja menghadapi risiko besar terserang radang sendi lutut, demikian hasil satu studi yang disiarkan dalam American Journal of Industrial Medicine. Meskipun beberapa studi telah menyatakan orang yang melakukan pekerjaan yang mengharuskan ia bertumpu pada lututnya, seperti memasang lantai, rentang terhadap radang sendi lutut, tak banyak orang dapat menghitung jumlah waktu yang digunakan untuk berlutut, yang sesungguhnya meningkatkan risiko, kata Dr. Alfred Franzblau dari University of Michigan School of Public Health di Ann Arbor dan rekannya. Franzbau dan timnya mengevaluasi 1.970 orang yang ikut dalam Third National Health and Nutrition Examination Survey, yang membatasi analisis mereka pada orang yang telah melaksanakan tugas paling lama setidaknya selama lima tahun. Hasil pemeriksaan sinar-X lutut diperoleh lembaga jajak pendapat tersebut dari peserta tersebut. Para peneliti itu menugasi lima ahli ergonomik mendata peserta berdasarkan berapa waktu yang digunakan seorang pekerja setiap hari untuk duduk, berdiri, berjalan atau berlari, membawa atau mengangkat beban lebih dari 22 pound, berlutut atau bekerja di ruang sempit. Informasi itu "memungkinkan kami untuk mengidentifikasi secara lebih baik mengenai besarnya keadaan yang memberi sumbangan bagi munculnya risiko", kata Franzbau dalam suatu wawancara. Orang yang dalam pekerjaannya mengharuskan mereka lebih banyak berlutut menghadapi risiko tiga kali lebih besar dibandingkan dengan mereka menghabiskan waktu lebih sedikit pada lutut mereka, untuk terserang radang sendi lutut, kata para peneliti itu. Orang yang mengangkat beban berat juga menghadapi risiko hampir tiga kali lebih besar untuk terserang radang sendi lutut. Bagi perempuan, menghabiskan lebih banyak waktu untuk berdiri selama bekerja meningkatkan risiko radang sendi lutut. Berdasarkan temuan itu, para peneliti tersebut memperkirakan bahwa 21 persen kasus gejala radang sendi lutut pada pria disebabkan oleh pekerjaan yang mengharuskan mereka berlutut selamalebih dari 14 persen jam kerja. Sebanyak 31 persen pria dalam studi itu memiliki pekerjaan yang cocok dengan gambaran tersebut, termasuk perawat atau tugas pertanian atau perdagangan bangunan. Meskipun hanya lima persen perempuan dalam studi itu memiliki pekerjaan yang mengharuskan mereka berlutut, 25 persen perempuan memiliki pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk berdiri lebih dari 30 persen jam kerja mereka, dalam kegiatan, seperti mesin operasi atau bekerja di bidang penjualan, kata para peneliti tersebut. Itu berarti sebanyak 19 persen kasus gejala radang sendi lutut pada perempuan terjadi karena mereka melakukan pekerjaan semacam itu. "Hasil kami menunjukkan bahwa perubahan cara kerja diperlukan untuk mengurangi resiko radang sendi lutut akibat pekerjaan," kata Franzbau dan rekannya, seperti dikutip Reuters Health. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008