Anak dapat belajar tentang empati, karena dengan menahan haus dan lapar saat berpuasa bisa membuat anak berempati terhadap orang-orang dengan kondisi yang tidak seberuntung mereka.

Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman Wisnu Widjanarko mengatakan ibadah puasa dapat berkontribusi besar dalam membentuk karakter positif pada anak, salah satunya melatih kesabaran.

"Puasa selain sebagai momentum ibadah juga berdampak positif bagi perkembangan karakter anak, khususnya dalam dimensi kemanusiaan," katanya di Purwokerto, Rabu (29/5).

Wisnu yang merupakan dosen psikologi komunikasi dan komunikasi keluarga, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman tersebut menjelaskan, ibadah puasa dapat meningkatkan rasa empati pada anak.

"Anak dapat belajar tentang empati, karena dengan menahan haus dan lapar saat berpuasa bisa membuat anak berempati terhadap orang-orang dengan kondisi yang tidak seberuntung mereka," katanya.

Dengan belajar menahan haus dan lapar, tambah dia, anak juga akan lebih menghargai makanan dan memahami bahwa bisa saja makanan yang mereka konsumsi merupakan sebuah kemewahan bagi orang lain yang kurang beruntung.

Selain itu, kata dia, berpuasa juga dapat melatih anak untuk lebih sabar.

"Dengan berpuasa anak akan belajar untuk lebih sabar, misalnya sabar menanti waktu berbuka, dan ini penting karena melatih diri untuk tidak tergesa-gesa dan belajar untuk terbiasa tidak memaksakan diri," katanya.

Dia menambahkan, dengan berpuasa anak juga akan lebih memahami pentingnya menjaga perilaku.

"Saat puasa, anak tidak hanya belajar menahan lapar tapi juga melatih untuk menghindari perilaku yang mengurangi pahala, dengan demikian anak belajar untuk berkomunikasi dengan tutur dan sikap yang tidak mencederai orang lain," katanya.

Untuk itu, kata dia, penting bagi orang tua untuk mengajari anak-anak mereka menjalankan ibadah puasa karena memiliki dampak yang sangat positif bagi pengembangan karakter anak.

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019