Jakarta (ANTARA News) - Kondisi mantan Presiden Soeharto pada hari kelima perawatannya di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan, Selasa, memperlihatkan kemunduran. Menurut Ketua Tim Dokter Kepresidenan, Mardjo Soebiandono, produksi urine Soeharto kembali menurun dan penumpukan cairan di paru-parunya juga bertambah. Selain itu, ujarnya, juga ditemui tanda-tanda adanya pendarahan melalui urine dan feses, sehingga kadar haemoglobin (Hb) turun menjadi 7,6 gram persen, walaupun transfusi darah telah dilakukan sejak hari Senin( 7/1). Sebelumnya, setelah dilakukan transfusi darah, kadar Hb Soeharto telah meningkat menjadi 8,3 gram persen. "Pagi ini juga telah dilakukan pemeriksaan 'tissue doppler imaging' yang memperlihatkan adanya disinkronisasi pergerakan otot jantung dan tidak bergeraknya salah satu segmen otot jantung," ujarnya. Atas dasar kondisi itu, katanya, tim dokter berencana melaksanakan pemeriksaan "thalium scan" dengan teknik radionuklir. Dia juga mengatakan, selanjutnya tim dokter memutuskan untuk melakukan tindakan CRT (cardiac resynchronization therapy) pada saatnya nanti. Menurut ahli jantung yang turut merawat Soeharto, Dr Wismoyo Sunu, CRT adalah suatu teknologi untuk memacu jantung kanan dan kiri agar mempunyai pergerakan yang sama, sehingga harus disinkronkan dengan alat CRT tersebut. Karena tindakan CRT itu mempunyai risiko, maka tim dokter juga akan berupaya untuk mencapai sejumlah target yang telah ditetapkan Tim Dokter Kepresidenan, ujar Wismoyo. Wismoyo menjelaskan kondisi yang tidak stabil itu adalah Hb yang sudah rendah, akan bertambah rendah. Selain itu ,juga ada kemungkinan pula risiko terjadi gagal jantung kalau Hb terus bertambah rendah. "Untuk mencapai keadaan optimal bagi tindakan CRT, perbaikan kondisi Soeharto mutlak diperlukan lebih intensif, seperti tranfusi darah dan perbaikan gizi," kata Mardjo Soebiandono. (*)
Copyright © ANTARA 2008