Pemimpin IATA menambahkan bahwa keputusan akhir mengenai waktu tersebut sedang diteliti oleh para pembuat peraturan.
MAX 737 dilarang terbang secara global pada Maret, setelah kecelakaan di Ethiopia menewaskan 157 orang, yang adalah kecelakaan kedua pesawat jenis itu dalam lima bulan.
"Kami kira tak ada apa-apa sebelum 10 sampai 12 pekan ke depan mengenai pengoperasian kembali," kata Direktur Jenderal IATA Alexandre de Juniac kepada wartawan di Seoul, Korea Selatan. "Tapi itu bukan keputusan kami. Itu berada di tangan para pembuat peraturan."
IATA berencana menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi dengan perusahaan penerbangan, pembuat peraturan dan pemilik pabrik dalam lima sampai tujuh pekan mendatang guna membahas apa yang diperlukan MAX 737 agar dapat kembali beroperasi, katanya.
Dalam satu pertemuan IATA di Montreal pekan lalu, anggota perusahaan penerbangan mengatakan mereka ingin para pembuat peraturan bekerja sama secara erat mengenai keputusan bagi pengoperasian kembali pesawat tersebut, kata de Juniac.
"Kami harap mereka akan menyelaraskan kerangka waktu mereka," kata de Juniac mengenai pembuat peraturan.
Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) memperkirakan sudah akan mengesahkan kembali pengoperasian pesawat jet itu paling cepat pada akhir Juni, dan badan pengatur penerbangan AS itu memberi tahu para anggota lembaga penerbangan PBB di dalam penjelasan pribadi pekan lalu, kata beberapa sumber kepada wartawan.
Perusahaan penerbangan AS seperti United Airlines, Southwest Airlines, dan American Airlines telah mencabut jenis pesawat tersebut dari jadwal penerbangan mereka sampai awal hingga pertengahan Agustus.
Sumber: Reuters
Baca juga: 13 maskapai China minta Boeing tangani kerugian Rp8,3 triliun
Baca juga: Menhub: Boeing 737 MAX 8 dilarang untuk angkutan mudik
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019