"Keberadaan pasar kaget di sisi jalan nasional atau jalan provinsi otomatis membuat ruas jalan terpotong," kata Yayat Supriatna dalam rilis, Rabu.
Menurut Yayat, ada dua solusi terhadap permasalahan itu, antara lain Polri dan Pemda memperbanyak jumlah petugas di lapangan untuk mengurai kemacetan. Solusi lainnya bisa dengan mengatur jam kegiatan supaya tidak berbenturan dengan arus pemudik.
"Misalnya izin untuk memanfaatkan sebagian bahu jalan diberikan dari jam 5 hingga 7 pagi, sehingga ketika arus kendaraan mudik meningkat jalan sudah bersih dari pasar tumpah atau pasar kaget," ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah daerah seperti Dinas Perhubungan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah mengantisipasi kemacetan arus lalu lintas akibat pasar tumpah saat arus mudik dan balik pada Lebaran 2019.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kulon Progo Hera Suwanto di Kulon Progo, Jumat (24/5), mengatakan keberadaan pasar tumpah dapat ditemukan di hampir seluruh kecamatan.
"Mendekati hari raya, keberadaan pasar tumpah akan ramai luar biasa sampai ke bahu jalan, ini bisa menimbulkan kemacetan," kata Hera.
Ia menyontohkan pasar tumpah yang setiap tahun terjadi, yakni Pasar Burung di belakang Terminal Wates. Kemudian, di Kecamatan Temon, ada Pasar Temon, di Kecamatan Wates terdapat di Pasar Bendungan dan Pasar Wates.
Adapun untuk wilayah Kecamatan Kalibawang, pasar tumpah bisa ditemui di Pasar Dekso. Sebagai upaya antisipasi, Dishub akan berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan (Disdag) Kulon Progo.
Nantinya, Disdag bakal meminta para pengelola di masing-masing pasar untuk memberi imbauan kepada pedagang pasar tumpah. "Di bagian jalan kami juga akan koordinasi dengan jajaran kepolisian," katanya.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019