Yogyakarta (ANTARA) - Pengemudi bus di Terminal Giwangan yang didiagnosa mengalami hipertensi direkomendasikan untuk beristirahat dan dilarang mengemudikan bus dan perusahaan otobus tempat mereka bekerja wajib menyiapkan pengemudi pengganti.

“Dari hasil pemeriksaan kesehatan yang kami lakukan secara random, setidaknya sudah ada tiga pengemudi yang terdeteksi mengalami hipertensi. Tekanan darahnya dianggap tinggi, sehingga kami merekomendasikan agar pengemudi tersebut tidak diperbolehkan mengemudi,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tri Mardaya di Yogyakarta, Rabu.

Pengemudi yang mengalami hipertensi kemudian dirujuk ke posko kesehatan yang berada di Terminal Giwangan untuk mendapatkan obat penurun tekanan darah dan konsultasi kesehatan untuk menjaga agar tekanan darahnya tetap normal.

Selain hipertensi, beberapa penyakit yang kerap diderita pengemudi atau awak bus di antaranya adalah diabetes melitus dan kolesterol. Seluruh penyakit tersebut disebabkan pola makan yang kurang baik serta jam istirahat yang tidak diperhatikan dengan baik oleh pengemudi.

“Hipertensi atau diabetes militus bisa mempengaruhi pengemudi saat bekerja. Bisa saja jika kondisi di jalan membuat stres, maka tekanan darah pengemudi naik dan bisa membahayakan keselamatan perjalanan,” katanya.

Begitu pula jika pengemudi mengalami diabetes militus, maka bisa menyebabkan pengemudi tiba-tiba saja pingsan. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan ini ditujukan untuk memastikan agar pengemudi dalam kondisi sehat saat menjalankan pekerjaan mereka dan penumpang pun selamat sampai ke tujuan.

Selain pengecekan kondisi kesehatan, dalam kegiatan tersebut juga dilakukan tes urine untuk pemeriksaan narkotika dan alkohol.

Salah satu pengemudi Asrofi (56) mengatakan senang dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, bahkan mengusulkan agar pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan rutin bahkan jika memungkinkan dengan sistem inspeksi mendadak.

“Seharusnya, tidak hanya dilakukan menjelang Lebaran saja tetapi rutin. Kalau perlu ada semacam sidak, sehingga bisa saja terjaring pengemudi yang menggunakan narkoba atau alkohol,” katanya.

Asrofi mengatakan, ia didiagnosa mengalami diabetes militus. "Kalau untuk makan, memang saya sulit mengntrol, tetapi untuk waktu istirahat saya, tetap terpenuhisaya penuhi,” katanya yang menjadi pengemudi bus trayek Cilacap-Yogyakarta.

Setiap hari, ia mengemudikan bus selama 10 jam dengan waktu istirahat dua jam. “Trayek Cilacap-Yogyakarta biasanya ditempuh dalam waktu sekitar lima jam. Saya pun mengemudi dengan tenang, tidak pernah terburu-buru,” katanya.

Ia pun memastikan tetap menjaga kebugaran tubuh meskipun usianya sudah tua, sehingga bisa mengemudi dengan baik dan tetap waspada selama perjalanan.

“Perusahaan memberlakukan delapan hari kerja dengan empat hari libur. Setiap hari menempuh satu kali perjalanan pulang-pergi Cilacap-Yogyakarta,” katanya yang sesekali melayani trayek wisata hingga ke Pulau Lombok.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019