Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pekerjaan Umum merencanakan membuat tanggul tambahan di sepanjang Sungai Bengawan Solo untuk mengatasi meluapnya sungai tersebut setiap musim hujan. "Tanggul setinggi empat meter itu akan dibangun mulai dari Babat di Lamongan sampai ke Cepu di Bojonegoro," kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Imam Agus, di Jakarta, Senin. Perkiraan biaya guna membangun tanggul tersebut Rp1,2 triliun yang akan diambil dari dua sumber APBN atau memanfaatkan dari pinjaman Jepang. "Akan tetapi kami usahakan bukan dari pinjaman," ujarnya. Imam Agus mengatakan tanggul tersebut nantinya akan melengkapi tanggul yang telah ada sebelumnya yang terbentang dari Muara hingga Babat sepanjang 110 kilometer. Selain membuat tanggul, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) juga akan merevitalisasi sungai Bengawan Solo dengan pelebaran. Bengawan Solo akan dilebarkan menjadi 230 - 250 meter. Saat ini lebar sungai tersebut hanya 160 -180 meter. Idealnya lebar Bengawan Solo ialah 300 meter, katanya. "Jujur saja, untuk pelebaran ideal 300 meter sangat sulit karena terkait masalah relokasi warga yang tinggal di bantaran sungai," kata Imam Agus. Untuk pelebaran menjadi 300 meter, pemerintah harus merelokasi warga sebanyak 10 ribu kepala keluarga (KK). Menurut Imam Agus, hal tersebut sangat sulit untuk dilakukan. Sementara untuk pelebaran 230 meter -250 meter, jumlah warga yang harus direlokasi hanya 1.000 KK. Untuk melakukan hal ini, aspek masalah sosialnya memang lebih tinggi dibanding aspek teknisnya, ucap Kepala BBWS Bengawan Solo. "Bila semua lancar, saya perhitungkan pembangunan dan pelebaran akan selesai dalam waktu lima tahun," ujarnya. Aspek teknis penanganan banjir di aliran Bengawan Solo juga akan dilakukan melalui pembuatan sodetan (flatway). Ditjen SDA akan membuat dua buah sodetan yaitu di Bojonegoro dan Babat. Saat baru ada satu sodetan yang terdapat di Lamongan yang memiliki kapasitas aliran air 600 meter kubik per detik. Membuat sodetan memang memiliki permasalahan tersendiri karena mengubah kondisi formologis dari sungai," katasnya. Pemerintah juga tengah mengkaji pembangunan beberapa waduk besar di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut Imam Agus, dalam rendana induk penanganan banjir sepanjang Bengawan Solo, ada beberapa tempat yang perlu dibangun waduk di antaranya satu di daerah hulu Wonogiri, satu waduk bernama Bendo di Ponorogo serta satu waduk bernama Kedungbendo di Pacitan. Selain itu, juga akan terus ada pembangunan waduk-waduk kecil di sungai-sungai kecil sekitar Bengawan Solo. Hal lain yang akan dibangun ialah tampungan air (retersin basin) di kota Solo dengan daya tampung air sebesar 33 juta meter kubik. Imam Agus juga menegaskan, banjir yang terjadi di Solo dan beberapa Kabupaten di Jawa Timur bukan disebabkan kegagalan sistem dari infrastruktur pengendalian banjir yang ada. Banjir lebih disebabkan sangat tingginya curah hujan di daerah tersebut yang mencapai 140 ml per harinya. Dengan curah hujan sebesar itu, air yang masuk ke waduk Gajah Mungkur di Wonogiri sebanyak 1.900 meter kubik/detik. Namun pintu air di waduk tersebut hanya dibuka sebesar 250 meter kubik/detik. Imam Agus mengungkapkan, tingginya curah hujan juga menambah aliran air sungai Madiun yang berada di bawah Wonogiri sebanyak 1.500 meter kubik/detik. "Bisa dibayangkan seandainya air yang mengalir ke hilir (kota Solo-red) tidak ditampung waduk Gajah Mungkur," ujarnya mengingatkan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008