Jakarta (ANTARA News) - Produksi pulp (bubur kertas) Indonesia terancam anjlok sebesar empat juta ton tahun ini dari total kapasitas produksi sebesar 6,5 juta ton per tahun. "Kinerja (industri pulp) tahun 2008 sangat ditentukan oleh kapan berakhirnya pelarangan penebangan oleh kepolisian," kata Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), HM Mansur di Jakarta, Senin. Sampai sekarang, lanjut dia, dua pabrik pulp terbesar di Indonesia yaitu PT Indah Kiat Pulp & Paper dan Riau Andalan Pulp and Paper yang terkena kasus pembalakan liar tidak bisa melakukan penebangan, dan mulai kekurangan bahan baku tahun ini. Padahal kedua pabrik tersebut menguasai 73,3 persen kapasitas produksi pulp di Indonesia. Kondisi tersebut, kata Mansur, akan menyebabkan hilangnya potensi produksi pulp sebesar empat juta ton atau senilai 3,0 miliar dolar AS. "Kalau pelarangan (penebangan) tetap berlangsung selama 2008, maka pabrik tersebut akan terpaksa membeli chip kayu dari luar negeri untuk menjaga kelangsungan operasi pabrik," ujarnya. Mansur khawatir kelangkaan bahan baku tersebut akan mengurangi kemampuan industri pulp Indonesia meraih pasar ekspor terutama di pasar pulp terbesar China dan India, yang tengah dibidik para produsen pulp Amerika Selatan. "Kita memiliki peluang yang lebih besar meraih pasar (pulp) China dan India karena dari segi jarak lebih dekat dibandingkan Amerika Selatan, dan biaya produksi di Indonesia lebih rendah," katanya. Ia mengatakan biaya (produksi) tunai pulp di Indonesia hanya sekitar 184 dolar AS per ton, sedangkan di Amerika Selatan mencapai sekitar 300 dolar AS per ton. Selain itu, APKI, kata dia, juga khawatir kelangkaan bahan baku akan mengancam rencana penambahan produksi tiga pabrik pulp melalui "debottlenecking" sebesar 1,4 juta ton. "Dalam tahun ini tiga pabrik di Riau (2) dan Jambi (1) akan menyelesaikan proyek `debottlenecking` untuk menambah kapasitas 1,4 juta ton pulp per tahun, sehingga kapasitas nasional naik dari 6,5 juta menjadi 7,9 juta ton per tahun," katanya. Lebih jauh, Mansur mengatakan saat ini Vietnam menjadi salah satu negara yang menarik bagi investasi pulp dan kertas, sehingga menjadi pesaing yang kuat bagi Indonesia untuk menarik investasi pulp dan kertas. "Pemerintah Vietnam sangat mendukung investasi pulp dan kertas, birokrasinya cepat dan bersih, serta tenaga kerjanya tekun dan rajin," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008