Dalam laporan kepada Kongres tentang kebijakan ekonomi internasional dan kurs, Kementerian Keuangan menyimpulkan bahwa tidak ada mitra dagang utama Amerika Serikat yang memenuhi kriteria untuk dilabeli sebagai manipulator mata uang selama empat kuartal yang berakhir pada Desember 2018.
Amerika Serikat menempatkan China, Jerman, Irlandia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura dan Vietnam dalam "daftar pengawasan", yang berarti kebijakan valuta asing mereka diawasi ketat.
Kementerian Keuangan AS meminta China untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna menghindari "pelemahan mata uang secara terus-menerus".
Lembaga tersebut mencatat bahwa fundamental ekonomi yang membaik dan pengaturan kebijakan struktural akan mendukung renminbi (RMB) yang lebih kuat dari waktu ke waktu.
Liu Guoqiang, wakil gubernur bank sentral China atau The People's Bank of China (PBOC), mengatakan pekan lalu bahwa China "mampu dan percaya diri" menjaga nilai tukar RMB secara umum stabil pada tingkat yang masuk akal dan seimbang.
Adam Posen, Presiden Peterson Institute for International Economics, sebuah think tank yang berbasis di Washington, mengatakan sebelumnya pada Selasa (28/5) di sebuah konferensi pers bahwa "hampir tidak masuk akal" untuk menuduh China melakukan manipulasi mata uang, karena China pada dasarnya tidak memanipulasi mata uang selama beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Dolar melemah dipicu kekhawatiran konflik dagang AS-China memanas
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019