Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah harus bekerja lebih keras lagi untuk mencapai target inflasi lima persen persen plus minus satu pada tahun 2008, meski ekonomi Asia yang dimotori China dan India tumbuh cukup besar dan krisis keuangan Eropa dan Amerika Serikat (AS) masih berlanjut sekaligus berpotensi mengimbas ke Asia. "Untuk bisa mencapai inflasi lima persen plus minus satu, pemerintah harus mempersiapkan stok bahan baku pangan dan memperlancar distribusi barang, serta meningkatkan produk-produk primer," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk., Kostaman Thayib, di Jakarta, Senin. Menurut dia, inflasi lima persen plus minus satu sebenarnya sangat berat, apalagi tantangan pada tahun 2008 lebih berat dibanding tahun lalu. Gejolak kenaikan harga minyak mentah dunia yang diperkirakan berlanjut, juga merupakan salah satu faktor yang memicu inflasi tinggi, katanya. Pemerintah pada tahun 2007 telah menargetkan inflasi sebesar enam persen plus minus satu, namun inflasi itu mencapai 6,59 persen melewati yang ditargetkan pemerintah. Selain itu, pemerintah menetapkan inflasi tahun 2008 senilai lima persen plus minus satu persen, 2009 senilai 4,5 persen plus minus satu persen, dan 2010 senilai empat persen plus minus satu persen. Menurut dia, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) akan bekerjasama untuk memantau pergerakan pasar, dan BI berusaha menstabilkan nilai tukar guna menekan inflasi yang diakibatkan oleh barang-barang impor. Tekanan inflasi pada tahun 2008 kemungkinan cukup tinggi sebagai akibat dari harga minyak dunia yang terus meningkat, katanya. Ia mengatakan, faktor utama untuk bisa menjaga inflasi itu, pemerintah harus dapat menyediakan stok bahan kebutuhan pangan dan memperlancar distribusi barang serta memajukan pertumbuhan ekonomi nasional. Ekonomi nasional akan tumbuh dengan baik, apabila sektor infrastruktur berjalan dan investasi asing di dalam negeri meningkat, ucapnya. Pemerintah juga harus dapat meningkatkan produk-produk primer melihat kecenderungan harga yang terus meningkat, sehingga cadangan devisa akan terus bertambah. Selain itu, gejolak alam yang terjadi juga diharapkan akan berhenti, sehingga para pebisnis aktif melakukan usaha dengan lancar didukung sarana yang memadai, demikian Kostaman Thayib. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008