Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Sumardjono mengungkapkan, evaluasi terhadap Skadron Nomad akan dilanjutkan hingga sepekan mendatang.
"Kira-kira sepekan mendatang lah," katanya, usai menghadiri gladi bersih serah terima jabatan Panglima TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Senin.
Ia mengatakan, evaluasi terhadap skadron pesawat intai taktis maritim Nomad difokukan pada persoalan teknis, mengingat salah satu penyebab jatuhnya Nomad P837 833 adalah mati mesin di salah satu bagian pesawat buatan Australia itu.
"Kemarin itu kan permasalahannya masalah teknis. Mesin kiri mati, tetapi ketika akan mendarat darurat terkena angin kencang sehingga badan pesawat tidak mampu terangkat dan terpaksa mendarat darurat di air (beaching) dalam waktu yang sangat singkat dan cuaca buruk," tutur Sumardjono.
Mengenai ketersediaan suku cadang Nomad, ia menegaskan, tidak ada masalah. "Australia memang tidak lagi memperoduksi Nomad, karena itu semua suku cadang yang ada telah dilimpahkan ke Indonesia," katanya.
Saat ini, lanjut dia, seluruh suku cadang Nomad telah berada di Skadron intai 800/Pangkalan Udara Angkatan Lanut (Lanudal) Surabaya.
Pada Minggu (30/12), Nomad TNI AL P837 833 jatuh di Batu Daun, Kelurahan Ujung Kareung, Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dalam kecelakaan itu, tiga orang tewas, dua luka-luka dan dua masih dinyatakan hilang.
Selain cuaca buruk, penyebab kecelakaan pesawat yang telah berusia 15 tahun tersebut juga diduga karena salah satu mesin pada pesawat mati.
Terkait jatuhnya pesawat tersebut, Mabes TNI AL memutuskan untuk mengevaluasi skadron Nomad selama sepekan guna mengevaluasi seluruh kesiapan dan kelaikan pesawat.
Dinas Penerbang TNI AL (Dispenerbal) memiliki 30 unit pesawat Nomad. Pesawat buatan Australia dengan mesin buatan Amerika Serikat itu diproduksi pada 1985 dan dapat terbang dengan ketinggian maksimal 10.000 kaki.
Kekuatan udara Dispenerbal saat ini terdiri atas pesawat sayap putar (helikopter) dari jenis NBell 412, NBO-105 dan NAS Super Puma, Colibri, serta pesawat sayap tetap untuk keperluan transport dan patroli maritim berupa CN-235 MPA (Maritime Patrol Aircraft), NC-212, dan Nomad.
Sementara itu, Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) Laksamana Muda Agus Suhartono mengatakan, tim Jawatan Hidrografi TNI AL telah mendeteksi adanya logam yang diduga bagian sayap pesawat di sekitar lokasi jatuhnya pesawat di Ujung Karang, Sabang, NAD, Minggu (6/1).
Berdasarkan hasil deteksi tersebut, kini tim SAR Laut kembali menyisir lokasi sekitar jatuhnya pesawat menggunakan tiga KRI, yakni Celukan Bawang, Sigalu dan KRI Pulau Rusa dan kapal patroli dari Lanal Sabang, tuturnya.
Agus menambahkan, hingga saat ini pilot pesawat Letu Laut (P) Eri Pambudi dan Ko-pilot Letda laut (P) Aris masih dalam pencarian, sedangkan dua orang selamat yakni Serka Slamet Agustono dan Kelasi Kepala Hari masih dirawat di RS AL Mintohardjo Jakarta. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008