Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan pembiayaan (penyaluran dana ke masyarakat) yang dilakukan oleh bank syariah pada 2007 mencapai 30,1 persen atau lebih lambat dibandingkan tahun 2006 yang mencapai 34,2 persen. "Kondisi perlambatan terjadi terutama pada awal tahun yang telah berlangsung sejak akhir 2006," demikian outlook 2008 yang diterbitkan Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia mengenai perkembangan bank syariah yang disampaikan pada diskusi Bank Indonesia dengan wartawan di Jakarta, Senin. Direktur Direktorat Perbankan Syariah Ramzi A Zuhdi menyatakan salah satu kendala penyaluran kredit tersebut akibat peningkatan pembiayaan bermasalah. Hal ini tercermin dari rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) yang mencapai 6,26 persen. "Sehingga hal ini menyita konsentrasi perbankan untuk menangani hal itu terlebih dulu," katanya. Sedangkan NPF neto perbankan syariah tahun 2007 disebutkan sebesar 4,0 persen atau masih tergolong terkendali. Laporan tersebut menyatakan peningkatan NPF tersebut terutama didorong oleh sektor perdagangan dan konstruksi. Selain itu, perlambatan pertumbuhan juga dipicu oleh adanya persaingan yang semakin ketat dengan bank konvensional seiring dengan semakin menurunnya suku bunga perbankan. Sementara itu, Ramzi menambahkan pihaknya tetap optimistis bahwa pertumbuhan pembiayaan pada tahun 2008 akan tetap berada di atas 30 persen. "Minimal sama dengan tahun ini," katanya. Ia menilai, pertumbuhan pembiayaan tersebut karena dipicu oleh keluarnya beberapa aturan yang kemungkinan pada 2008 akan diterbitkan yaitu diantaranya masalah pajak berganda yang dirasakan oleh bank syariah. Meski pertumbuhan melambat, pembiayaan melalui lembaga keuangan lainnya khususnya koperasi meningkat. Laporan BI menunjukan sepanjang 2007, jumlah rekening pembiayaan kepada koperasi meningkat 97 persen menjadi Rp6,9 triliun. Sementara pertumbuhan pembiayaan kepada usaha menengah, kecil dan mikro meningkat sebesar 32,8 persen dana mencapai 68,7 persen dari total pembiayaan. Sedangkan untuk sektor korporasi, meski pertambahan rekening mencapai 83,1 persen namun peningkatan pembiayaan hanya sebesar 22,4 persen. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008