"Ada tiga model perlawanan yang bisa dilakukan, yakni perlawanan secara politis, perlawanan secara akademis dan yang ketiga perlawanan yang harus dilakukan dengan guyon," katanya di Temanggung, Selasa.
Mantan Pemimpin Umum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara itu menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam diskusi Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang digelar oleh Ruang Akurat dan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) dengan tema "Selamatkan Petani Tembakau Selamatkan Indonesia" di Tuk Budoyo, Desa Losari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung.
Perlawanan terhadap tekanan produk tembakau harus diberikan untuk menyelamatkan hasil pertanian tembakau yang merupakan komoditas unggulan Kabupaten Temanggung, karena tekanan secara regulatif terhadap tembakau semakin progresif.
"Dengan cara perlawanan guyon, yakni model perlawanan dengan joke, sindiran dan analisis yang enteng. Jadi nanti nyinyir dan nganyelke. Mereka yang menekan jadi marah tapi tidak bisa menuntut," katanya.
Selain itu, katanya perlawanan melalui jalur politik juga harus diberikan. APTI dan sejumlah politisi dari berbagai partai politik telah melakukan perlawanan secara politik.
"Pak Jokowi saya yakin mampu dan berpihak pada para petani tembakau. Kita tinggal bagaimana memberikan masukan-masukan. Kami akan berusaha memberi masukan tersebut agar kebijakan beliau semakin kuat membela kita," ucap Sobary katanya.
Perlawanan lainnya harus diberikan dari sisi seni dan budaya. Model perlawanan ini diberikan melalui hasil karya seni yang diolah sedemikian rupa untuk membawa misi-misi pertanian dan pertembakauan.
"Orang Temanggung jago membikin karya seni seperti sendratari atau jatilan. Ini bisa diolah untuk melakukan pembelaan terhadap pertanian tembakau," katanya.
Ketua Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Agus Parmuji menyampaikan sebagai representasi dari petani pihaknya terus melakukan pendampingan dan perlawanan terhadap tindakan represif secara kebijakan terhadap tembakau.
Menurut dia berbagai langkah telah diupayakan untuk melindungi tembakau dan produk tembakau.
Ketua panitia kegiatan, Noer Ahsan mengatakan, kegiatan ini diselenggarakan sebagi bentuk perlawanan terhadap Hari Anti Tembakau Sedunia.
Ia mengatakan dengan perlawanan model semacam ini diharapkan mampu menyuarakan pembelaan terhadap petani dari wilayah terpencil.
"Hal ini sengaja digelar di desa terakhir lereng Gunung Sumbing yang seluruh masyarakatnya petani tembakau," katanya. ***3***
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019