Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya, BI Rate, pada level 8 persen, mengingat kecenderungan tingginya inflasi di dalam negeri dan kenaikan harga minyak mentah dunia. "BI Rate tidak mungkin menurun dan akan tetap pada level 8 persen, karena faktor internal dan eksternal yang menahan penurunan itu," kata Direktur PT Finance Corpindo, Edwin Sinaga, di Jakarta, Senin. Menurut dia, belum ada variable yang kuat untuk mendorong bank sentral menurunkan suku bunganya, apalagi inflasi Desember 2007 mencapai 1,1 persen, naik dibanding bulan sebelumnya. "Kami optimis BI akan mempertahankan suku bunga acuannya. Apalagi kalangan perbankan menyatakan untuk menurunkan BI Rate peluangnya sangat kecil," katanya. Untuk bisa bertahan, menurut dia, pemerintah harus bekerja keras agar inflasi tidak meningkat akibat tidak lancarnya arus distribusi barang yang menimbulkan gejolak kenaikan harga. "Saya kira pemerintah telah memperhitungkan semua itu, sehingga inflasi dapat dikendalikan dengan baik," ucapnya. Pemerintah harus dapat menekan inflasi pada tahun ini, apalagi target yang dicanangkan sebesar 5 persen, kalau tidak peluang BI Rate untuk meningkat sangat tinggi, tambahnya. Hal ini disebabkan faktor internal akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan terganggunya distribusi barang, katanya. Dikatakannya, pemerintah diharapkan juga bisa mengantisipasi kenaikan harga pangan dunia karena Indonesia mengimpor bahan makanan yang cukup besar. "Kebutuhan konsumsi pangan bangsa ini sekitar 60-70 persen berasal dari impor, sehingga pemerintah perlu mewaspadai hal ini," ucapnya. Karena itu, faktor untuk menekan inflasi adalah pemerintah mampu menyediakan stok bahan baku yang lebih dan kelancaran arus barang, ujarnya. Ia menambahkan bila sektor pertanian mampu ditingkatkan maka selain produksi pertanian dapat bertambah, juga tidak akan menekan devisa karena besarnya impor bahan pangan. (*)
Copyright © ANTARA 2008