Kuala Lumpur (ANTARA News) - Sekitar 20 anak muda dari berbagai latar belakang yang mengatasnamakan organisasi "Badan Bertindak Anak Muda" berkumpul di depan kantor PM Malaysia, Putrajaya, Jumat (4/1), untuk memberikan memorandum berbentuk bantal sebagai simbol kegagalan dan kelemahan memimpin negara. Selain bantal, poster-poster yang menggambarkan Abdullah Badawi sedang tidur ikut diserahkan kepada kantor PM Malaysia, demikian Suara Keadilan, tabloid Partai Keadilan Rakyat (PKR), Minggu, memberitakan. Sekretaris Badan Bertindak Anak Muda, Badrul Hisham Shaharin, mengatakan mulai dengan aksi ini, anak-anak muda Malaysia akan terus bangkit untuk menunjukkan kepekaan sosial terhadap isu-isu yang melanda negara. "Tahun ini dan bermula pada hari ini kami anak muda Malaysia berjanji akan bergiat dengan aktif untuk memacu negara dan memikirkan masalah negara," kata Badrul. Anak muda terlalu kecewa dan malu dengan sikap Badawi yang sering "tidur" sehingga lemah memimpin negara. "Bukan lagi menjadi rahasia, Perdana Menteri "tidur" dalam berbagai acara atau konvesi. Bukan saja di dalam negari, malah di luar negeri yang mendapat liputan luas oleh media," tambah Badrul, yang juga anggota Majelis Pimpinan Tertinggi (MPT) PKR. "Terserah kepada beliau jika dia mau tidur terus, tidurlah dengan bantal yang anak muda serahkan," katanya. Selain Badrul Hisham, aktivis hak azasi manusia yang juga penulis lepas Amin Iskandar, Exco Angkatan Muda Ginnie Lim dan juga penggiat seni Rahmat Haron turut dalam aksi itu. Badrul Hisham tidak menyerahkan memorandum "bantal" kepada pejabat PM Malaysia, namun hanya meletakkan memorandum itu di depan ruangan pengawal kantor PM Malaysia. Sekitar lima menit kemudian, seorang petugas keamanan berpakaian sipil menghampiri bantal tersebut dan mengeluarkan satu alat detektor bom. Setelah itu, seorang pegawai keamanan berseragam turun dan membawa masuk bantal dan poster ke dalam ruang keamanan. Protes ISA Sekitar 300 orang, Sabtu malam (5/1), melakukan unjuk rasa di Dataran Merdeka, Kuala Lumpur, untuk menentang penerapan ISA (Internal Security Act) dan memberikan solidaritas kepada beberapa orang yang ditahan dengan undang-undang tersebut, demikian harian The Star, Minggu. Para pengunjuk rasa menyalakan lilin dan melakukan orasi di Dataran Merdeka walau pun acara itu tidak mendapatkan izin polisi. Polisi kemudian mendesak mereka untuk bubar. Massa kemudian beralih masuk ke jalan Lebuh Pasar Besar bergabung dengan beberapa demonstran, berpakaian warna kuning, yang menuntut pemilihan umum bersih dan jurdil. Polisi meminta massa dengan baik-baik agar bubar tapi tidak diindahkan akhirnya disemprot dengan water canon. Massa berlarian, diantaranya ditahan polisi untuk dimintai keterangan, tapi tidak lama kemudian dilepaskan. (*)
Copyright © ANTARA 2008