Bandung (ANTARA News) - Pelatih Pelita Jaya asal Singapura, Fandi Ahmad mengkritik keras mental dan pengendalian emosi buruk beberapa pemain asing yang berlaga di Liga Djarum Indonesia 2007/2008.
"Saya sangat prihatin karena para pemain asing belum semuanya menjadi contoh bagi pemain lokal. Mereka masih suka mengejar-ngejar dan memprotes wasit," kata Fandi Ahmad di Bandung, Minggu.
Menurut Fandi, akibatnya para pemain lokal juga ikut-ikutan tidak menghormati wasit yang memimpin pertandingan.
"Bolehlah kecewa pada putusan wasit, tapi kalau mengejar dan protes keras tanpa mengendalikan emosi itu tidak seharusnya mereka lakukan," katanya.
Akibatnya, kata Fandi, pertandingan yang seharusnya berlangsung menarik dan berkualitas, terpaksa harus ternodai aksi protes-protes.
Sebagai pemain profesional, kata Fandi, seharusnya fokus bermain bola secara maksimal dan memberikan contoh kepada para pemain lokal dari berbagai aspek.
"Kemenangan yang dicapai tim juga akhirnya akan menjadi tidak enak. Seperti kemenangan Pelita atas Persita, terus terang kami puas tapi akhirnya tidak enak karena masih ada protes-protes oleh pemain asing," kata Fandi Ahmad.
Ia menyebutkan, dalam sepak bola mustahil akan terhindar dari kekecewaan, namun hal itu harus disikapi secara profesional dan proporsional.
Meski `trend` memprotes wasit dan emosi beberapa pemain asing dinilainya buruk, namun ia akan tetap menangani tim Pelita Jaya pada musim kompetisi musim depan di ajang Liga Super Indonesia 2008.
"Saya diberi tugas memoles pemain muda Pelita Jaya untuk kompetisi mendatang. Saya masih punya kontrak dengan Pelita," kata Fandi.
Pada kesempatan itu, Fandi juga menyebutkan, ia akan tetap memberikan jam terbang kepada para pemain muda untuk mencetak pemain-pemain yang di kemudian hari menjadi pemain Timnas Indonesioa.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008