Jakarta (ANTARA News) - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bertekad merebut kembali suaranya yang hilang dalam sejumlah pemilu di Ibukota Negara Jakarta melalui upaya "Rebut Jakarta" bersama kalangan ulama dan habaib setempat. "PPP harus merebut kembali Jakarta dan pengurus DPW bersama kalangan ulama dan habaib setempat telah berkomitmen menyukseskan rencana itu," kata Ketua Umum DPP PPP, Suryadharma Ali, di sela-sela peringatan hari kelahiran (Harlah) PPP ke-35 di Jakarta, Minggu. Suryadharma yang juga Menkop dan UKM itu menuturkan pihaknya mematok target yang harus dicapai PPP DKI adalah lima kursi untuk DPR dan 15 kursi di DPRD DKI Jakarta. "Saya minta kepada DPW PPP DKI agar melakukan konsolidasi yang sungguh-sungguh menjelang pemilu 2009," katanya. Di tempat yang sama Ketua DPW PPP DKI, Chudori Syafii Hazami, menyatakan optimismenya bahwa target berat yang dicanangkan Suryadharma Ali itu mampu dicapai. Dikemukakannya, gerakan "Rebut Kembali Jakarta" itu sebetulnya sudah dilaksanakan sebagian dan di antaranya dengan membentuk kader penggerak partai yang telah teruji saat penyelenggaraan Pilkada DKI lalu. "Di setiap kelurahan ada sebanyak 25-50 kader penggerak partai ini," ujarnya. Selain itu, ujarnya, program lain yang juga tengah dilaksanakan PPP DKI adalah "upgrading" moral kader yang dilakukan dengan mendekati masjid serta mushola atau kalangan ulama.Evaluasi Dalam acara yang digelar di kediaman Suryadharma Ali di Kompleks Menteri Widya Chandra, Jakarta Selatan, itu, sekitar 300-an ulama, kyai dan habaib yang berbaur bersama pengurus DPW dan DPC PPP se-DKI juga melakukan evaluasi atas kiprah partai berlambang Kabah itu. "Kita menyoroti berbagai kekurangan partai yang dirasakan sepanjang 35 tahun ini dan dijumpai PPP belum memberi kontribusi yang signifikan," kata Suryadharma Ali. Di antara sejumlah kelemahan yang ada, menurut Suryadharma, yang paling dominan di PPP adalah militansi kader yang terus merosot. Menurut dia, daya juang kader PPP yang pada masa Orde Baru luar biasa gigih, militan, tulus dan siap mengorbankan apa saja demi PPP, telah berubah di era reformasi menjadi mentalitas yang berorientasi pada materi. "Inilah yang membuat PPP lemah. Organisasi hanya bisa berjalan kalau ada uang dan jika tidak ada uang tidak jalan. Padahal pada masa lalu, ada atau tidak ada uang, program partai semua tetap jalan," ujarnya. Untuk itu, ia menambahkan, partai perlu mengubah mentalitas kader agar bisa seperti di masa lalu, di antaranya dengan menggelorakan terus semangat pada kader dan meminta para ulama turut berperan mengubah mentalitas kader PPP. Di sisi lain, katanya lagi, persyaratan untuk anggota legislatif, baik di tingkat pusat, provinsi atau kabupaten/kota akan diperketat. "Mereka harus berkontribusi nyata untuk partai dan masyarakat terlebih dahulu sebelum dicalonkan. Soal bentuk kontribusinya seperti apa nanti akan kita rumuskan," katanya. Selain itu terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan, maka sanksi terberat berupa diberhentikan dari keanggotaan legislatif juga akan diberlakukan PPP. (*)

Copyright © ANTARA 2008