Sale (ANTARA News) - Satu pengadilan Marokko menjatuhkan hukuman atas 50 pegiat fanatik, Jumat, karena mereka merencanakan pemboman dan menjebloskan mereka ke dalam penjara hingga 25 tahun, kata beberapa pejabat pengadilan dan pengacara. Mereka adalah anggota kelompok "Partisan Mehdi", Ansar El Mehdi, dan tak lama setelah mereka diciduk pada 2006, ketika pemerintah menyita bahan peledak dan peralatan laboratorium. Pemerintah menyatakan kelompok tersebut berencana mengumumkan "perang suci" di Marokko timur-laut, telah merekrut anggota polisi dan militer serta berencana merampok bank dan iring-iringan serta menggunakan uang untuk membeli bahan peledak lagi. Pemerintah mereka, Hassan Khattab, dipenjarakan selama 25 tahun dan 49 orang lagi dijatuhi hukuman penjara antara dua dan 20 tahun, termasuk empat perempuan yang diganjar hukuman lima tahun penjara. Semua terpidana itu menyatakan tak bersalah. Seorang pria yang diadili bersama terpidana lain dibebaskan. Khattab tersenyum untuk menunjukkan sikap acuh-tak-acuhnya sewaktu hakim membacakan putusan. "Kami tak melakukan apa-apa. Kami meninggalkan anak-anak kami sendirian dan kelaparan," kata Abdesalam Debibeh, yang dijatuhi hukuman delapan tahun penjara. Pengadilan tersebut memutuskan para terdakwa bersalah karena merencanakan untuk membom gedung pemerintah dan objek wisata di Casablanca dan kota besr lain serta bangunan milik kelompok tak resmi, yang mengumpulkan uang untuk mendanai terorisme serta merusak ketenangan masyarakat serta keamanan negara. Selama pengadilan, Khattab hanya mengakhiri kebungkamannya untuk membantah dakwaan terhadap dirinya, menyerang pemerintah Marokko sebagai "kediktatoran orang murtad" dan menyerang sekutunya, Amerika Serikat. "Saya mengatakan kepada (Presiden AS George W.) Bush, `kami akan datang untuk menyerang kamu`," katanya. "Suatu hari, kami akan berhasil menghapuskan kamu." Polisi Marokko telah membongkar lebih dari 50 jaringan dan menangkap sebanyak 3.000 orang sejak 2003, ketika pemboman bunuh diri menewaskan 45 orang di Casablanca. Siaga Marokko dan negara tetangganya di wilayah Maghribi telah siaga untuk menghadapi kemungkinan serangan sejak sayap Al-Qaeda di Afrika Utara meningkatkan pemboman bunuh diri dan serangan lain tahun lalu. Mereka khawatir peningkatan kerusuhan secara luas di wilayah tersebut, setelah organisasi Al-Qaeda di negara Islam Maghribi menyatakan ingin menggabungkan kelompok garis keras di wilayah itu dan memanfaatkannya sebagai pangkalan bagi pemboman sasaran Eropa. Aljazair telah menghadapi serangkaian pemboman mematikan sejak awal tahun lalu, termasuk serangan 11 Desember --yang menewaskan 37 orang. Di Marokko, pegiat aliran fanatik meledakkan diri mereka di Casablanca tahun lalu, dan menewaskan satu orang lagi. Hari Jumat, Rally Dakar, yang melewati Marokko dan Mauritania, dibatalkan untuk pertama kali dalam 30 tahun sejarahnya, setelah adanya ancaman dari apa yang disebut penyelenggara kegiatan tersebut sebagai "organisasi teroris". Di Mauritania, tiga penyerang yang diduga memiliki hubungan dengan Al-Qaeda menembak hingga tewas empat wisatawan Perancis dan melukai orang kelima pada Malam Natal. Beberapa pria bersenjata menewaskan tiga prajurit, tiga hari kemudian, di satu daerah terpencil di Mauritania utara di dekat perbatasan dengan Aljazair dan wilayah sengketa Marokko, Sahara Barat, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008